HYPNO NEWS

Wednesday, December 30, 2015

Tahun Baru? Ayo Berpikir dengan Cara Baru


Banyak yang mengatakan, Tahun Baru semua harus serba baru. Terutama semangat baru dan juga mewujudkan impian-impian baru. Namun sebelum itu semua, izinkan saya menawarkan hal yang paling utama, yakni cara berpikir baru.

Kenapa harus cara berpikir baru? Boleh jadi ada yang kurang pas dengan cara berpikir yang dilakukan selama ini. Sehingga momen pergantian kalender ini menjadi saat tepat untuk memulai cara berpikir berbeda dari sebelumnya.

Cukup Tuntaskan Emosi, Tubuh Bisa Mengobati Dirinya Sendiri


Hingga saat ini, tak sedikit sahabat atau kerabat yang masih meragukan efektivitas hipnoterapi dalam membantu mengatasi psikosomatis serta berbagai masalah yang berhubungan dengan emosi.

Sebagai hipnoterapis, tentu saya bisa memaklumi dengan keraguan yang disampaikan masyarakat. Wajar saja mereka ragu, karena memang belum pernah menjalani sesi hipnoterapi. Ditambah lagi, keraguan itu muncul akibat tayangan di televisi yang mengumbar rahasia orang lain saat dihipnotis. Padahal semua tentu tahu, acara di televisi sebagian besar sudah dalam setting tertentu, dan memang diperuntukkan untuk hiburan semata.

Sunday, December 27, 2015

Rahasia Klien Tetap Diutamakan


Bulan lalu, seorang klien menyampaikan  pernah mencoba sesi hipnoterapi dengan salah satu hipnoterapis lulusan lembaga lain. Namun ibu ini merasa gagal masuk ke kondisi kedalaman pikiran bawah sadar.

"Hampir satu jam saya disuruh melakukan banyak hal. Dari mulai disuruh menghitung, sampai dipaksa merem. Namanya ngga bisa, ya saya tetap melek," ujar ibu ini.

Berbekal informasi yang bertebaran di belantara maya, ibu ini pun akhirnya ‘tersesat’ ke website yang saya kelola, dan ingin mencoba kembali menjalani sesi hipnoterapi.

Friday, December 25, 2015

Impian Bisa Setir Mobil Akhirnya Terwujud


Awal November 2015 tadi, klien bernama Agustini bertemu saya dan meminta bantuan untuk dilakukan terapi. Dia meminta agar rasa takut, was-was, dan cemas yang dirasakan, bisa dinetralisir. Pasalnya, klien sangat ingin bisa mengemudikan mobil sendiri.

“Saya sangat tergantung sama suami. Mau ke mana-mana harus minta antar-jemput sama dia,” ujar warga Sempaja – Samarinda ini. Dia sebenarnya bisa mengendarai motor. Namun entah apa sebabnya, ibu ini merasa ketakutan jika mulai berkendara di jalan raya. Itulah yang menyebabkan dia harus bergantung diantar-jemput pasangannya.

Thursday, December 24, 2015

Rumah Kosong? Hati-hati Pasang Status


“Berhubung rumah mati lampu, ngungsi dulu tempat nenek. Ayah belum pulang, jadi ngga bisa nyalakan mesin genset.” Demikian kalimat status yang terpasang di media sosial, baik itu di BlackBerry Messenger, Facebook atau media sosial lainnya. Entah apa motivasi dari pemilik smartphone dengan memasang status seperti ini.

Sahabat, sekilas memang tidak ada yang aneh dari status di atas. Namun, coba diteliti sekali lagi, tidakkah status semacam ini seolah memberikan informasi yang jelas kepada orang lain, bahwa rumah dalam keadaan kosong dan dalam kondisi mati lampu.

Sensualisasi Menarik Impian


Terkadang, bagi yang masih meragukan Maha Kuasa-nya Sang Pencipta, menarik impian dianggap sesuatu yang mustahil dan tidak mungkin. Padahal, tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka yang memang menginginkannya.

Bukankah sudah dijelaskan dalam Alquran, dalam Surat Al Mu’min (40) ayat 60, Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.

Libur Panjang, Momen Mengisi Baterai Cinta


Libur panjang adalah momen yang dinantikan bagi sebagian besar keluarga. Kenapa? Karena ini adalah momen untuk mengisi baterai cinta. Setiap orang, baik sebagai suami, istri atau anak, baterai cintanya harus selalu penuh. Ibarat smartphone, jika baterainya kosong, maka semua fungsi tidak akan bisa digunakan sama sekali.

Baterai cinta ini, sebaiknya hanya boleh diisi oleh orang yang tepat. Ibarat listrik di rumah, hanya PLN yang bisa mengalirkan listrik. Sebagai suami, maka istri lah yang harus mengisi baterai cintanya. Sebaliknya, sebagai istri, membutuhkan suami untuk mengisi baterai cinta. Sementara untuk anak-anak, kedua orang tuanya wajib mengisi baterai cinta secara bersamaan.

Wednesday, December 23, 2015

Indahnya Bahasa Cinta

Artikel soal bahasa cinta yang saya tulis sebelumnya, mendapat tanggapan dari salah satu sahabat saya. Berikut email yang dia kirimkan ke saya. Namun maaf jika saya ada lakukan sedikit koreksi, yakni dari sisi tata bahasanya saja.

“Dear Endro,

Semalam waktu kamu broadcast tentang artikel bahasa cinta, kebetulan waktu itu agak bete dan kebetulan juga artikel kamu agak ada koneksinya.

Beberapa hari lalu suami bilang pengen banget nasi bakar tuna. Nah, akhirnya kemaren aku pesan temanku. Terus, sore kemarin suamiku BBM nggak bisa pulang cepat karena lembur. Akhirnya aku pulang duluan.

Tuesday, December 22, 2015

Pahami Bahasa Cinta Pasangan Anda


“Sebenarnya, suami saya lebih banyak di rumah. Ngga kemana-mana. Tapi saya tetap merasa sendirian, merasa kurang diperhatikan. Wajar kan kalau kemudian saya lebih suka aktif di dunia maya.”

Ungkapan di atas disampaikan klien wanita yang sudah menikah lebih 15 tahun, dan kini di ambang perceraian. Sang suami sudah mendaftarkan kasus perceraiannya di Pengadilan Agama Samarinda. Sebagai kaum hawa, wanita ini mengaku hanya pasrah saja menunggu takdir palu hakim jika memang kasus ini berlanjut sampai persidangan.

Takut Akui Kesalahan, Tiga Bulan Sulit Menelan Makanan

Seminggu lalu, seorang klien wanita datang dengan keluhan sakit pada lehernya. Dia mengaku, sempat mengonsumsi obat, sudah hampir 3 bulan, namun rasa sakit di lehernya tidak berkurang. Yang terjadi, klien malah semakin sulit menelan makanan dan merasakan ada yang tidak beres di dalam dirinya.

“Kata dokter, saya kelebihan hormon. Makanya saya sempat diberi obat untuk menghambat proses produksi hormon itu,” sebut klien. Kelebihan hormon itu pula yang menyebabkan tumbuhnya benjolan kecil sebesar biji kacang hijau di lehernya.

Masa Lalu dan Rasa Kurang Percaya Diri





Sepanjang pengalaman membantu banyak klien, persoalan percaya diri ternyata cukup banyak saya jumpai. Bahkan, di antara persoalan rasa kurang percaya diri itu, tak sedikit yang terjadi pada pegawai negeri sipil (PNS).


Krisis percaya diri ini akhirnya disadari sangat menghambat karir dan pekerjaan pegawai tersebut. “Awalnya saya merasa biasa saja. Apalagi masih banyak teman lain yang membantu. Tapi semakin posisi saya meningkat, saya jadi semakin kurang percaya diri,” sebut salah satu klien yang belum lama ini menjalani sesi terapi.

Monday, December 21, 2015

Lima Langkah Mengajarkan Disiplin pada Anak


Mengajarkan anak disiplin tidak bisa dilakukan sambil lalu. Harus dilakukan secara terus menerus dan tidak kenal lelah. Kenapa? Karena ini ibarat pondasi yang perlu ketelitian dalam mendirikannya. Jika pondasinya kokoh, maka apa pun bentuk bangunan yang akan dibuat, akan kuat dan cantik. Karakter apa pun yang akan ditanamkan kepada anak, akan tertanam dengan baik jika mentalnya sudah terbentuk.

Lantas bagaimana cara mengajak anak kerja sama agar kelak bisa disiplin? Pertama, katakan dengan jelas masalah atau hal yang ingin disampaikan. Sebagai contoh, membiasakan anak meletakkan sepatu di rak sepulang sekolah. Maka, berikan penjelasan pada anak dengan kalimat tegas dan tepat.

Sunday, December 20, 2015

Mobil Mewah dan Perilaku Membuang Sampah


Mendidik anak bukanlah proses sesaat dan bisa berhasil dengan seketika. Mendidik anak memerlukan proses simultan, karena yang paling utama adalah pembiasaan.

Jangan heran jika di negara maju, seperti di Australia misalnya, orang tua lebih khawatir anaknya tidak terbiasa antre, ketimbang tidak bisa matematika. Kenapa? Karena untuk belajar matematika, cukup diberi les intensif, maka anak akan bisa menguasai matematika dengan cepat dan mudah. Sementara membiasakan budaya antre, tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu waktu yang lama dan terus menerus.

Saturday, December 19, 2015

Momen Meningkatkan Kualitas Diri Sendiri


Kalender sebentar lagi berganti. Usia sudah pasti bertambah, sekaligus mengurangi jatah untuk hidup di bumi ini. Lantas, apakah hari esok akan sama dengan hari ini?

Tentu, sahabat semua yang bisa menjawab sendiri. Apakah 2016 nanti akan sama saja atau akan lebih baik dari tahun ini. Satu hal yang perlu dikoreksi bahkan dihilangkan sama sekali adalah, berhenti mencari kesalahan orang lain. Ada baiknya, momen 2016 ini menjadi saat yang tepat untuk fokus pada pembenahan diri sendiri.

Saatnya Menyusun Impian



Album 2015 sebentar lagi tertutup, berganti dengan album baru 2016. Coba perhatikan album yang Anda miliki sepanjang 2015. Sudahkah sesuai dengan impian? Atau jangan-jangan ada yang terlepas atau belum tercapai? Tidak masalah. Sepanjang nafas masih bisa hilir-mudik di kerongkongan, sepanjang itu pula bebas menentukan kembali semua impian yang akan dicapai.

Saya baru saja selesai menyusun impian 2016. Total ada 20 impian yang saya tuliskan di sebuah kertas HVS kosong berwarna putih polos. Pada setiap impian yang saya tulis dengan tangan, selalu diawali dengan cek perasaan. Nyamankah perasaan saat menuliskan impian itu? Jika nyaman, lanjutkan saja. Jika tidak nyaman, pilihannya ada dua. Hilangkan perasaan tidak nyaman, atau ubah dan kurangi impian itu. Pendek kata, buat impian yang benar-benar terasa nyaman.

Friday, December 18, 2015

Sulitnya Mengajak Orangtua Meminta Maaf


“Sampean luar biasa, Mas, bisa minta maaf sama anak. Saya belum bisa,” begitu kalimat yang saya dapatkan dari seorang rekan, ketika berbincang-bincang ringan soal perasaan dendam dan atau perasaan mengganjal di hati.

Ya, setiap orang mungkin punya  perasaan mengganjal dan tidak nyaman di hati. Baik itu terhadap orang dekat, bahkan dengan orang tua. Pembaca misalnya, tentu punya perasaan sakit hati atau dongkol pada orangtua yang tertanam sejak kecil, hingga saat ini. Meski kadang mengikhlaskan dan membiarkan perasaan itu berlalu, namun terkadang selalu muncul ketika ada pemicu yang berkaitan dengan perasaan tersebut.

Karena sudah pernah memiliki perasaan dongkol pada orang tua di masa lalu, maka kini sebagai orang tua, tentu saya juga tidak ingin jika anak saya menyimpan rasa dongkol pada saya hingga ia dewasa nanti. Itu sebabnya, saya secara berkala mengecek dan meminta maaf pada anak, agar dia selalu ‘kosong’ dari persoalan negatif pada orangtuanya.

Thursday, December 17, 2015

Membahagiakan Ego Personality


Dalam tulisan sebelumnya, saya beberapa kali menyinggung soal ego personality (EP) alias bagian diri. Di dalam setiap diri seseorang, sejatinya terdapat banyak sekali EP. Nah, EP ini pula yang terkadang menjadi penyebab timbulnya masalah. Di ruang terapi, hipnoterapis tak jarang harus berurusan dengan EP. Ada yang cukup berurusan dengan satu EP, namun beberapa kali juga bersentuhan dengan beberapa EP secara simultan.

Dua hari lalu, saat mendapat kesempatan mengikuti workshop bersama penulis novel ternama Indonesia, Andrea Hirata di Bogor – Jawa Barat, secara tidak langsung saya membahagiakan beberapa bagian diri saya. Di antara yang berbahagia atas perjalanan saya itu adalah EP yang suka wisata kuliner, EP yang gemar berpetualang, dan satu lagi dan paling utama adalah EP penulis.

Tuesday, December 15, 2015

Pilkada dan Sang Bijaksana


Pilkada telah berlalu. Namun itu hanya dari sisi waktu. Faktanya di dalam pikiran para pelaku politik, upacara demokrasi itu masih membekas. Sebagai trainer teknologi pikiran, saya mencoba memahami proses pilkada ini dari sisi berbeda.

Berbeda bagaimana maksudnya? Ya, bagi mereka yang terlibat politik, tidak ada yang namanya masa lalu atau masa depan. Yang ada adalah masa sekarang. Itulah sifat pikiran bawah sadar. Sehingga sejatinya, orang yang selalu menggunakan pikiran bawah sadar salah satunya adalah orang politik.

Kenapa? Karena bagi mereka yang ada hanya masa sekarang. Tidak ada istilah move on dari masa lalu, atau memikirkan masa depan. Yang ada hanyalah sekarang. Karena keinginan tidak terpenuhi, maka ketika kalah, tetap akan terus menuntut dan menuntut. Seandainya ada jalur bisa menuntut ke Tuhan pun akan dilakukan.  

Monday, December 14, 2015

Syarat Utama, Atas Niat Sendiri


Beberapa kali saya menerima klien yang datang bukan atas permintaan sendiri, bahkan setengah dipaksa. Parahnya lagi, ada yang begitu bertemu saya malah bengong, karena benar-benar tidak tahu dia dibawa ke tempat saya untuk keperluan apa. Umumnya, ini terjadi karena dia dianggap bermasalah, padahal bagi dirinya sendiri, belum tentu merasa bermasalah.

Sebagai hipnoterapis lulusan Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, saya harus menjalankan protokol terapi dengan benar. Salah satunya, tidak serta merta melakukan terapi kepada klien yang sama sekali tidak ingin diterapi. Kenapa? Saat klien datang dengan paksaan, bukan atas keinginan sendiri, maka pikiran bawah sadar klien belum tentu menjalankan arahan dan bimbingan dari hipnoterapis.

Sunday, December 13, 2015

Cukup dengan Sentuhan, Bayi Dalam Perut Kembali Bergerak


Jumat (11/12/2015) tadi, saya bertemu teman perempuan yang sedang mengandung bayi pertamanya. Sebagai pasangan yang baru menikah disusul dengan dikaruniai bayi yang ada di dalam perut, tak jarang membuat wanita ini merasa cemas dan was-was atas tumbuh kembang buah hatinya itu.

Usia kehamilannya sudah memasuki trimester kedua. Meski demikian, rasa cemasnya terkadang kerap muncul. Salah satu yang membuatnya was-was adalah, omongan dari keluarga yang terkadang membuat dirinya tidak nyaman. 

“Saya kadang berselisih paham dengan kakak ipar. Kalau sudah seperti itu, biasanya saya langsung mengkhawatirkan kondisi bayi yang di perut. Biasanya saya langsung stress,” ujarnya.

Rokok dan Hormon Kebahagiaan


“Mas, tolong dijadwalkan. Saya minta suami saya dihipnoterapi supaya berhenti merokok,” kata seorang wanita melalui telepon seluler.

Saya pun memastikan, apakah keputusan berhenti merokok ini permintaan si wanita ini, atau murni keinginan suaminya? “Saya yang suruh, mas. Saya sudah capek marah-marah, tapi ngga juga diheranin (tidak diresponse),” ujar wanita tersebut.

Dengan santun dan sabar, saya berikan penjelasan bahwa hipnoterapi tidak akan bisa berlangsung tanpa ada keinginan sendiri dari klien. Karena itu, harus ada kemauan dulu dari klien. Kalau pun masih juga dipaksa datang, maka biasanya hanya saya berikan edukasi soal hipnoterapi.

Apalagi urusan rokok, hal paling utama yang diperlukan adalah keinginan kuat dari klien itu sendiri. Jika tidak, proses hipnoterapi tidak akan berhasil maksimal. Apalagi dalam beberapa kasus, sebagai hipnoterapis saya harus memastikan apakah klien aman jika dilepaskan dari ketergantungannya terhadap rokok. Bisa saja klien malah mengalami gangguan lain yang membahayakan jika tiba-tiba ketergantungannya terhadap rokok, dihentikan seketika.

Karena itu, syarat paling utama adalah keinginan kuat dari klien untuk berhenti mengisap asap tembakau tersebut. Jika sudah kuat, barulah hipnoterapis akan membantu dan membimbing untuk memproses agar benar-benar berhenti 100 persen.  Sebab tidak mudah menekan kebiasaan yang telah menjadi kecintaan dengan paksaan.

“Berarti Mas Endro membela perokok, dong?” kata wanita itu protes. Saya bukan perokok, dan tidak ada kepentingan membela atau tidak. Ini menyangkut nyawa seseorang. Jika ada orang yang kesehatannya langsung terganggu saat berhenti merokok, bukankah justru membahayakan jika aktivitas merokoknya dihentikan seketika?

Friday, December 11, 2015

Jadi Penyebab Alergi, Rasa Suka Terhadap Coklat Dihilangkan


Beberapa waktu lalu, seorang ibu berkonsultasi tentang masalah anaknya yang alergi terhadap cokelat. Yang menjadi persoalan adalah, meski si anak sudah tahu bahwa dia alergi, namun rasa doyannya terhadap makanan ini sulit dikendalikan.

“Padahal, kalau sudah makan cokelat, pasti habis itu alergi dan sakit. Kalau sudah seperti itu, terpaksa tidak masuk sekolah dan pergi ke dokter,” kata ibu ini.


Wednesday, December 9, 2015

Distorsi Waktu dalam Hipnoterapi


Hampir semua klien yang menjalani sesi hipnoterapi, merasa bahwa waktu yang dia jalani selama proses terapi hanya sebentar. Ketika saya tanya, kira-kira berapa lama waktu yang diperlukan selama proses terapi? Jawabannya rata-rata 30 menit sampai maksimal hampir 1 jam. Jarang ada yang menyebutkan dua jam atau bahkan lebih.

Padahal, umumnya proses terapi memakan waktu minimal 1,5 jam. Pernah saya lakukan hanya 1 jam, itu pun ketika klien datang dalam kondisi sudah abreaksi, sehingga saya tinggal memandu klien agar rileks lebih dalam lagi.

Sahabat, saat klien sudah dalam kondisi deep trance, tidak lagi mengingat berapa lama waktu yang ia jalani saat proses terapi. Padahal, rata-rata proses terapi memakan waktu 2 jam, bahkan pernah saya melakukan terapi hingga 4 jam, karena akar masalah dari klien ini memang cukup banyak dan kompleks. Sebagai hipnoterapis, saya harus sabar untuk mengurai satu demi satu masalah itu, hingga akhirnya bisa tuntas dan klien merasa plong dan nyaman.

Monday, December 7, 2015

Anak Lambat Berbicara? Lakukan Ini

Beberapa waktu lalu, salah satu kawan di Facebook mengirim pesan melalui media sosial ini. Kawan tersebut mempertanyakan soal keponakannya yang sudah berusia 6 tahun tapi belum bisa berbicara dengan lancar. Ketika itu saya menyampaikan, jika memang tidak ada kendala dari sisi medis, boleh jadi penyebabnya adalah ada emosi yang mengganggu.

Menurut kawan ini, anak tersebut sudah dibawa ke dokter. Hasilnya, pendengaran anak ternyata tidak ada masalah. Dengan demikian, sudah banyak kosa kata yang diserap anak, namun tidak mampu menyampaikannya kembali.

Sunday, December 6, 2015

Cerdaskan Anak dengan Musik


Sudah banyak artikel yang membahas bahwa musik membantu meningkatkan kecerdasan anak. Pasalnya para bayi bisa memiliki suatu kesamaan terhadap maestro musik klasik seperti Bach dan Beethoven. Bayi memiliki kesamaan dalam mendengarkan tinggi nada yang tepat. Bayi lahir bukan tanpa kemampuan apa-apa, tapi telah siap untuk belajar, demikian yang dilaporkan dalam sebuah penelitian di Amerika.

Tapi bagaimana tinggi nada yang tepat bisa membantu bayi dalam belajar? Hal ini berkaitan dengan bagaimana otak meresponse suara bunyi dan frekuensi. Antara bayi dan orang dewasa memiliki perbedaan dalam memproses suara.

Bayi-bayi dilahirkan mirip seperti seorang ahli "statistik kecil" yang memiliki kemampuan mendeteksi pola pada suara. Metode pendengaran ini merupakan dasar untuk mempelajari bahasa dan memberi bayi kemampuan untuk mengerti antara lain dimana kata-kata dimulai dan diakhiri.

Polantas, Energi Cinta Kasih, dan Membenahi Negeri


Minggu (6/12/2015) pagi, sembari mengawal proses uji kompetensi wartawan (UKW) di Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kaltim, Samarinda, saya sempat berselancar di belantara maya, menyimak apa yang sedang jadi perbincangan hangat media tanpa batas itu. Salah satu yang sangat menarik perhatian adalah obrolan di grup E100, berbasis di Surabaya, menceritakan tentang pengabdian seorang polisi lalu lintas di kawasan Wiyung – Surabaya.

Meski saya tidak mengenal sosok polisi ini, namun dari postingan setiap anggota grup, bisa tergambar dengan jelas betapa petugas yang satu ini memang sangat bersahaja.

“Setiap pagi saya selalu merasa bangga sekali dengan Pak Polisi satu ini. Beliau setiap pagi bertugas di daerah Wiyung, dan beliau tidak hanya berdiri di satu tempat. Sebentar beliau ada di pertigaan Babatan, lalu berpindah ke depan Babatan Pratama. Jika sudah mulai padat beliau pindah lagi ke pasar Wiyung, dan juga pindah ke tol Gunung Sari. Beliau tidak hanya terlihat di pagi hari, bahkan sore hari pun saya sering melihat beliau. Di saat kebanyakan polisi hanya berdiri di satu tempat melihat yang melanggar marka atau arah jalan. Pak Polisi ini sangat berbeda! Terima kasih Pak Polisi AH Rusianto aka pak agus (maaf jika ada kesalahan nama, karena saya mencoba membaca dari tag nama di seragam beliau).” Demikian tulis Mery Dharmawan sebagai pengunggah foto pertama kali di grup E100 itu.

Bak bola salju, foto ini langsung disukai netizen hingga 7 ribu orang lebih, dengan lebih dari seribu komentar dan lebih dari 3 ribu kali dibagikan ulang.

Friday, December 4, 2015

Pembiaran atau Pembiasaan?


SEJAK kecil sebaiknya anak harus diajarkan mandiri dan paham aturan. Dengan cara itu pembinaan kejiwaan dan tingkah laku pada anak akan semakin mudah dikembangkan hingga dewasa nanti. Bila kemandirian itu dibiasakan sejak kecil, tidak akan sulit membiasakan hidup mandiri pada anak meski sudah berumur dewasa. Sebab pada dasarnya, perilaku anak akan terbentuk melalui dua hal yakni akibat pembiaran atau pembiasaan.

Pernah ada sahabat yang mengeluh soal anaknya. “Mas anak saya itu kok susah ya diajarkan disiplin. Setiap kali pulang sekolah, baju, tas sekolah, sepatunya dibiarkan berhamburan,” tanyanya. Saya lantas bertanya, apakah itu berlangsung setiap hari? “Ya, setiap hari,” katanya.

Lima Jurus Pengubah Perilaku Anak


Salah satu cara yang mudah untuk mengubah atau meningkatkan perilaku anak agar lebih baik adalah dengan menembus faktor kritis. Seperti sudah sering diulas di berbagai artikel, pikiran bawah sadar memegang peranan 95 sampai 99 persen dalam mengendalikan seseorang. Sementara pikiran sadar hanya berperan 1 sampai 5 persen. Itu sebabnya, perubahan akan sulit terjadi jika tidak dilakukan melalui pikiran bawah sadar.

Persoalannya, tidak mudah memasukkan data atau informasi baru ke pikiran bawah sadar, karena ada pagar pelindung yang disebut critical factor alias faktor kritis. Itu sebabnya, hal utama yang perlu dilakukan adalah bagaimana bisa menembus pagar pembatas tersebut.

Jadikan Anak Seperti ‘Ikan Besar’


Cerdas secara intelektual saja belum cukup menjadi bekal bagi anak-anak. Lebih dari itu, kecerdasan emosional, terlebih spiritual, memegang peranan penting dalam menentukan kesuksesan anak di masa mendatang. Semua orang tua di muka bumi ini pasti ingin melihat anaknya sukses. Tidak ada kebahagiaan lebih, kecuali bisa lihat anak sukses dan berhasil.

Salah satu guru besar di Harvard University pernah melakukan sebuah penelitian. Dalam penelitiannya, sebuah akuarium besar sengaja diisi dengan banyak ikan kecil berbagai jenis. Berikutnya, akuarium itu diisi seekor ikan besar. Dalam sekejap ikan besar itu melahap semua ikan kecil yang ada di akuarium tersebut. Semua ikan kecil habis dimakan tak bersisa, karena si ikan besar sebelumnya memang sengaja dibuat lapar.

Selanjutnya pada penelitian berikutnya, ikan besar itu ditempatkan di sebuah akuarium kecil, kemudian akuarium kecil itu disimpan di dalam akuarium besar. Lantas akuarium besar itu diisi lagi dengan ikan kecil. Sehingga ikan besar di dalam akuarium kecil itu berusaha sekuat tenaga ingin memakan ikan kecil, namun selalu gagal karena terhalang kaca akuarium yang kecil. Ikan besar itu akhirnya lelah dengan mulut penuh darah karena hancur terbentur kaca.

Pada penelitian terakhir, akuarium kecil itu diambil, sehingga ikan besar kembali bercampur dengan ikan kecil. Apa yang terjadi? Ikan besar itu, meski lapar, tak mau lagi makan ikan kecil. Karena sudah punya kendali dalam diri dan takut mulutnya hancur.

Thursday, December 3, 2015

Ingin Anak Berperilaku Lebih Baik? Begini Caranya


Semua orang tua di muka bumi ini pasti menginginkan anak yang baik, penurut, cerdas, mudah disuruh, baik hati, tidak sombong, rajin menabung, dan masih banyak lagi keinginan lainnya.

Nyatanya, untuk bisa menciptakan anak yang seperti di atas, tidak semudah membalik telapak tangan. Buktinya, biar Anda bolak-balik tangan Anda berkali-kali, anak akan tetap seperti itu, he he he. Maaf, urusan membalikkan tangan ini hanya bercanda.

Poinnya adalah, untuk mendidik anak, Sahabat harus tahu kapan saat yang tepat untuk memasukkan program baru terhadap anak. Ibarat komputer, harus tahu kapan waktu yang pas melakukan instalasi perangkat lunak yang baru.

Wednesday, December 2, 2015

Sering Menyuruh Anak, Ini Dampaknya


Seorang ibu datang dengan keluhan anaknya yang duduk di kelas III SMP, sulit diatur. Anaknya lebih suka keluyuran hingga larut malam, di warung internet. Sang ibu sangat khawatir. Apalagi sempat mendapati di smartphone anaknya, tersimpan beberapa gambar porno, yang tidak sepatutnya dikoleksi anak di bawah umur. Bahkan si anak pernah diberi uang untuk membeli handphone, namun yang dibeli lebih murah ketimbang uang yang diberikan. Sang ibu was-was, jangan sampai uangnya dipakai untuk hal-hal negatif.

Monday, November 30, 2015

Lamborghini dan Konflik Bagian Diri


Minggu (29/11/2015) tadi, publik dihebohkan dengan berita kecelakaan yang melibatkan sebuah mobil mewah Lamborghini, yang sebelumnya diduga melakukan balap liar dengan mobil mewah lainnya jenis Ferrari.

Pro dan kontra seketika merebak di semesta maya. Ada yang menghujat pelaku, ada pula yang bersimpati hingga menyatakan kekagumannya terhadap pelaku yang mau bertanggung jawab. Kekaguman lain juga ditujukan kepada warga Kota Pahlawan yang tidak melakukan aksi massa pada pelaku.

Sejenak saya mencoba menikmati perseteruan di dunia maya, sekaligus ingin mengulik bagaimana masing-masing individu menumpahkan isi pikirannya.

Yang pasti, dalam pemahaman saya yang sekarang, apa yang disampaikan setiap individu itulah yang sejatinya keluar langsung dari pikiran bawah sadar. Apa yang disampaikan setiap individu di dunia maya, sekaligus akan menggambarkan karakternya masing-masing.

Sunday, November 29, 2015

Ingin Naikkan Target, Ini Caranya

Pagi itu, saat hujan sedang riang membasahi setiap jengkal tanah Kota Tepian, seorang sahabat menghubungi saya. Dia tertarik menghubungi saya setelah membaca salah satu artikel yang dimuat di Kaltim Post terkait dengan lintah energi yang bisa membuat bisnis lesu.

Sahabat saya ini seorang pengusaha, suplier barang yang cukup langka. Di Kaltim ini, tercatat tak lebih dari 5 pengusaha yang menjadi suplier barang sejenis. Saya tak akan menyebutkan barang yang dimaksud karena menyangkut kerahasiaan klien. Namun kisah ini sudah mendapat izin dari sahabat saya untuk menjadi bahan pembelajaran bersama.

Singkat cerita, sahabat saya ini banyak mempunyai rekanan yang sangat loyal. Bisnisnya pun sangat sukses dan maju pesat. Dibanding suplier lainnya, dia lah yang terbaik. Branding yang cukup kuat membuat bisnis yang dijalankan seolah sebagai pemain tunggal tanpa pesaing.

Meski beberapa kali pesaingnya berupaya untuk merebut 'kue' bisnisnya, namun dengan lihai sahabat saya ini tetap tak terkalahkan. Namun entah kenapa, energi positif dari optimisme yang sangat luar biasa itu, tiba-tiba jebol dan hancur berantakan.

Saturday, November 28, 2015

Cukup Diberi Perintah, Langsung Jago Bahasa Inggris


Beberapa waktu lalu, seorang sahabat mengaku pusing dengan pekerjaannya. Kenapa? Secara tiba-tiba, atasannya meminta dia untuk membuat konsep surat dalam bahasa Inggris. Sesuatu yang sama sekali tidak pernah dia lakukan, meski tercatat sudah 10 tahun bekerja di perusahaan tersebut.

Sahabat saya ini mengakui, dulu nyalinya sempat ciut sebelum melamar kerja di tempatnya mengais rezeki sekarang. Sebab, ada poin khusus yang menjadi syarat utama yakni menguasai bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan. Syarat itu, seolah menjadi momok tersendiri. Sebab dia sangat menyadari bahwa kemampuannya berbahasa asing itu masih sangat terbatas.

Friday, November 27, 2015

Anak Suka Membantah? Ini Penyebabnya


Belum lama ini, saya bertemu salah satu sahabat yang juga seorang jurnalis. Namun, bukan satu perusahaan dengan saya. Karena lama tak pernah jumpa, apalagi saya sempat cukup lama berada di daerah yang berbeda, obrolan pun akhirnya berlanjut ke urusan anak.

“Anakku kok susah ya dikasih tahu. Setiap kali dikasih tahu, bukannya menurut, yang ada malah melawan,” ucap sahabat saya ini. “Bisa ngga anakku diterapi?” tanyanya lagi, ketika belakangan dia tahu bahwa saya juga mendalami tentang teknologi pikiran.

Sidik Jari Vs Akar Masalah


Pendidikan memang menjadi komoditas yang menggiurkan. Tengok saja soal buku yang selalu berganti setiap tahun. Setiap tahun pula orang tua harus membeli buku untuk anak-anaknya. Belum lagi untuk urusan akademik, setiap orang tua berlomba-lomba agar anaknya berprestasi maksimal. Untuk bisa menghitung cepat, misalnya, anak diikutkan kursus berbagai macam. Selain menguras banyak biaya, juga sudah pasti membuat ‘masa kecil’ anak terampas. 

Waktu anak yang seharusnya lebih banyak bermain dan belajar membentuk karakter, tersandera dengan berbagai aktivitas les dan kursus. Berbagai aktivitas itu mau tidak mau menggerogoti sebagian usia kanak-kanaknya. Toh nyatanya di dunia kerja, apakah metode hitung cepat itu digunakan? Untuk sekadar menghitung cepat, tinggal pakai kalkulator, selesai.

Thursday, November 26, 2015

Sering Menyingkat Pesan, Ini Dampaknya


Seorang sahabat, mengadu ke saya. Intinya, dia tidak mengira jika apa yang dia lakukan ternyata ditiru oleh anaknya. Saat anaknya pulang sekolah, seperti biasa, dia membantu melakukan evaluasi kepada anaknya.

Hari itu, anaknya membawa hasil ujian pelajaran Bahasa Indonesia. Hasilnya, si anak mendapat nilai 93. Sebuah nilai yang juga tidak bisa dianggap rendah. Akan tetapi yang membuat sahabat saya ini menyanyikan lagu Cita Citata adalah, sebetulnya nilai anaknya bisa lebih tinggi? Lah kenapa? Karena kesalahan yang dilakukan anaknya sangat sepele.

Anak Nakal, Anak Ajaib


Artikel soal cara belajar anak yang saya tulis sebelumnya, membuat salah satu sahabat akhirnya paham kenapa anaknya selama ini dianggap ‘nakal’. Padahal ternyata, anaknya sangat cerdas dan sangat pandai. Sahabat ini pun menyampaikan kegembiraan setelah dia tahu bahwa anaknya ternyata luar biasa.

Sahabat ini awalnya jujur mengakui selama ini merasa kemampuan intelektual anaknya pas-pasan. Bahkan dia menganggap anaknya belum bisa bertanggung jawab dan jauh dari kata disiplin.

Beberapa hari lalu, di buku agenda anaknya tertulis bahwa akan ada ujian salah satu mata pelajaran. Karena itu, malam sebelumnya, si anak diingatkan untuk membawa buku dan materi pelajaran untuk dibawa pulang, sehingga bisa belajar.

Sahabat saya ini, anaknya sekolah di salah satu sekolah swasta cukup bonafide di Surabaya. Di sekolah ini tersedia loker khusus siswa. Sehingga siswa bisa menyimpan semua buku dan peralatan sekolahnya di loker tersebut. Saat ada pekerjaan rumah atau ujian, barulah buku dan materi pelajaran dibawa pulang.

“Ternyata saat itu, anak saya lupa membawa buku dan materi pelajaran yang akan diujikan. Jelas saja sebagai orang tua, saya jadi kebingungan dan ngga tahu harus membantu belajar dengan cara apa,” kata sahabat saya ini.

Wednesday, November 25, 2015

Bagaimana Cara Belajar Anak Anda?


“Mas, anakku susah sekali kalau mau disuruh belajar. Bagaimana ya cara mengatasinya?” begitu kira-kira pertanyaan salah seorang sahabat. Ada pula yang bertanya, “anak saya kalau belajar cuek banget. Dikasih tahu kaya ngga ada response sama sekali. Bikin emosi,” ujar orang tua lainnya.

Sejak menjadi wartawan di Kaltim Post, dunia anak-anak dan pendidikan memang menjadi salah satu minat saya. Itu pula yang melatari dorongan lahirnya halaman khusus untuk anak-anak. Kini halaman itu dilebur dengan halaman lain khusus segmen wanita.

Karena sering menulis terkait anak-anak dan pendidikan, begitu banyak teori yang menempel dan mencoba diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selama menjadi wartawan itulah, saya sering ngobrol dan diskusi dengan psikolog, psikiater, dokter spesialis anak, serta para praktisi pendidikan.

Sudahkah Meminta Maaf Pada Anak?


Perasan dongkol, jengkel, kecewa, sakit hati, merasa tidak dihargai dan berbagai perasaan tidak mengenakkan lainnya, jika dipelihara di dalam sebuah keluarga, akan menjadi beban yang kurang baik. Jika perasaan itu tidak dilepaskan, kita seperti berjalan dengan membawa ransel yang berat. Ya, beban rasa bersalah, kecewa, sakit hati dan aneka perasan yang kurang enak itu, akan membuat kehidupan kita terhambat.

Itu sebabnya, hal yang perlu dilakukan adalah menetralisir perasaan itu, sehingga semua dibuat nol, atau netral sama sekali. Satu hal penting, jangan pernah mengabaikan anak-anak. Orang tua sering kali egois dan beranggapan anak-anak harus nurut dan tidak boleh dongkol, marah, kecewa atau sakit hati sama orang tua. Ini berbahaya, jika perasaan ini tidak dihilangkan, anak akan memendam perasaan itu hingga dewasa dan akan berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Karena itu, sebisa mungkin upayakan untuk berkomunikasi dengan anak dan melepas semua emosi yang ada di diri anak dan orang tua. 

Tuesday, November 24, 2015

“Dulu Saya Takut Ular”


Sebelum saya mengikuti workshop Quantum Life Transformation (QLT) yang dilaksanakan Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology pada 2014 lalu, saya termasuk salah satu orang yang sangat parno alias takut sama binatang melata ini. Rasa takut itu sudah ada jauh sebelum saya mengenal dunia hipnoterapi seperti sekarang. Bahkan sudah ada sejak kecil.

Takut, ngeri, geli, jijik, merinding, keringat dingin, deg-degan, hingga gemetar, adalah beberapa emosi yang seketika muncul ketika melihat ular. Bahkan pernah suatu ketika, sahabat saya yang tergabung dengan komunitas reptil, ingin berkunjung ke kantor dengan membawa serta ‘kekasihnya’ masing-masing. Saya dengan tegas menolak, dan tidak mau kantor saya menjadi ‘kebun binatang’ mini.

“Sampean Wartawan atau Dukun?”


Pagi-pagi, saya mendapat pertanyaan yang cukup menohok saat ketemu dengan kawan lama di kampus Universitas Mulawarman Samarinda. “Mas, sampean ini sebenarnya wartawan atau dukun?” tanyanya dengan terkekeh.

Ya, teman kuliah yang kini menjadi dosen itu, mengaku kerap membuka dan melahap tulisan yang saya sajikan di www.endrosefendi.com setiap ada kesempatan. Yang membuatnya berpikir saya sebagai ‘dukun’ adalah, hampir semua masalah bisa dibantu untuk diatasi.

“Saya memang dukun. Dukun berijazah dan bersertifikat,” kata saya menimpali. Tentu dengan gaya bercanda, lazimnya sahabat yang lama tak pernah jumpa.

Monday, November 23, 2015

Cukup Diberi Perintah, Kadar Hb Kembali Normal


Awal Oktober 2015 lalu, saya mendapat telepon dari salah satu klien. Saat itu posisi saya sedang berada di Surabaya, mengikuti sertifikasi trainer untuk teknologi pikiran di Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology.

Klien ini mengeluhkan soal kadar hemoglobin (Hb) yang selalu rendah. Kadar hemoglobin adalah suatu patokan yang digunakan dalam dunia medis untuk mengenali apakah seseorang mempunyai kadar hemoglobin rendah, normal atau tinggi.

Fungsi patokan ini biasa digunakan sebagai tindakan pengobatan secara medis seperti seorang yang memiliki kadar hemoglobin tinggi harus menjalani flebotomi atau pengurangan darah. Sedangkan untuk kadar hemoglobin rendah diberikan zat besi sebagai penambah darah.

Menurut Costill, 1998 definisi kadar hemoglobin adalah: 
ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah”.
Kadar hemoglobin seseorang memang sangat sulit ditentukan karena dipengaruhi oleh ras suku bangsa, jenis kelamin dan umur, namun badan WHO telah menetapkan kadar hemoglobin normal sebagai berikut:

kadar hemoglobin menurut WHO
Sementara menurut Departemen Kesehatan RI, tabel kadar hemoglobin normal adalah:

kadar hemoglobin menurut Depkes RI

Sepanjang hidup klien, kadar Hb-nya tidak pernah berada di atas angka 9. Angka 9 itu adalah angka tertinggi yang pernah dia capai. Namun selebihnya, rata-rata selalu di bawah angka itu, bahkan pernah hanya di bawah 5.

Akibatnya, klien beberapa kali mengalami pingsan. Bahkan pernah pingsan beberapa kali ketika sedang di sebuah pusat perbelanjaan, atau di tempat kerjanya.

Sebelumnya, klien sudah beberapa kali ke dokter dan selalu diberi obat. Namun kali itu, klien merasa sudah jenuh dan lelah karena sudah terlalu banyak mengonsumsi obat.

Saya tentu tidak memungkinkan melakukan terapi langsung, karena sedang berjauhan. Namun karena klien memohon untuk dibantu sementara waktu, saya pun mencoba melakukan komunikasi dengan pikiran bawah sadar.

Yang saya gunakan adalah teknik Ego Personality Therapy (EPT). Melalui telepon seluler, saya berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar klien. PBS klien setuju untuk membantu menormalkan Hb darah klien. Ketika ditanya berapa lama butuh waktu untuk melakukan itu, PBS berkata 45 hari.

Proses selesai, saya pun sudah lupa dengan apa yang sudah saya lakukan. Maklum, begitu banyak klien yang menyampaikan masalah, tentu saya tidak menghafalnya. Apalagi hipnoterapi memang berbasis centered client alias bergantung pada klien itu sendiri. Karena itu, sebelum menutup telepon, klien saya minta menghitung dan mencatat masa 45 hari itu untuk mengontrol kembali kadar Hb nya.

Senin (23/11) malam tadi, saya mendapat email dari klien tersebut. Klien juga mengaku sempat lupa. Klien baru ingat setelah lewat 3 hari dari jadwal yang sudah disepakati. Hasilnya ternyata luar biasa. Kadar Hb nya langsung normal, di atas angka 12. Itu adalah rekor kadar Hb tertinggi yang bisa klien capai.

Pikiran bawah sadar memang dahsyat. Dia mampu mengerjakan apa yang memang diminta untuk dikerjakan. Yang diperlukan adalah, berkomunikasi dan membujuk dia untuk melakukan tugasnya itu. Jika proses ‘merayu’ pada pikiran bawah sadar bisa dilakukan dengan sukses, maka Anda tinggal menunggu hasilnya saja.

Bagaimana menurut Anda?   

Sering Jadi Tempat Curhat? Ini Dampaknya


Sebenarnya, artikel ini sudah pernah dimuat sebelumnya. Namun, saya lakukan sedikit penyesuaian dengan kondisi terkini. Kenapa? Karena hingga kini tak sedikit orang yang rela menjadi ‘tempat sampah’ alias menampung curhatan orang lain.

Sebenarnya tidak masalah menyediakan diri menjadi tempat sampah, sepanjang punya cara tersendiri untuk membuangnya kembali. Artinya apa? Saat menyiapkan diri menjadi tempat curhat, pastikan bahwa posisi Anda hanya sebagai TPS alias tempat penampungan sementara. Sehingga, ketika memori pikiran bawah sadar yang menampung ‘sampah curhat’ tadi sudah penuh, Anda langsung membuangnya kembali ke TPA alias tempat pembuangan akhir.  

Itu artinya, saat sudah menyiapkan diri menjadi tempat sampah, Anda sudah mempunyai metode atau cara tersendiri untuk membersihkan kembali tempat sampah itu. Jika tidak, akan sangat berbahaya bagi diri sendiri.

Mendamaikan Pikiran Bawah Sadar dengan Orang Tua


Saat bapak tutup usia, praktis hubungan dengan ibu menjadi renggang. Penyebabnya bukan karena disengaja, melainkan karena keadaan. Sebagai single parent, ibu harus berusaha meneruskan biduk rumah tangga hanya dengan satu mesin saja.

Meski seorang wanita, ibu terus melanjutkan usaha yang ditinggalkan bapak. Membuka kios kaki lima dan juga bengkel tambal ban. Saya kerap ikut membantu menambal ban. Pelajaran hidup dari bapak membuat saya mampu melakukan pekerjaan orang dewasa ini.

Pernah suatu kali, saya kena marah besar. Ketika saya sedang menambal ban mobil, saya kurang teliti. Ban dalam mobil yang sedang saya tambal itu, justru kena api. Itu membuat lubang baru yang lebih besar. Walhasil, ibu harus keluar uang lebih banyak untuk mengganti ban dalam mobil tersebut. Hari itu saya terpaksa hanya bisa makan nasi sama garam. Bukan karena hukuman, melainkan semua penghasilan hari itu, habis dipakai untuk membeli ban dalam mobil tadi.
 
Copyright © 2014 Hipnoterapi Endro S. Efendi, CHt, CT, CPS.. Designed by OddThemes