HYPNO NEWS

Friday, November 13, 2015

Anda Mudah Marah? Ini Hasil Akhirnya

Siang tadi, selepas salat Jumat, saya bertemu salah satu sahabat saya yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Karena lama tak bertemu, dia pun banyak bercerita tentang dirinya, terutama soal pekerjaannya.


Singkat cerita, dia tidak berubah seperti dahulu. Dia tetap membanggakan dirinya yang punya sikap mudah marah dan emosi. Siapa saja yang dianggap tidak cocok dengan dirinya, dia tidak segan-segan untuk melabraknya. Bahkan tak peduli apakah orang itu pimpinannya atau atasannya sendiri.
Coba Anda cek di kantor atau tempat kerja masing-masing. Adakah karyawan atau pegawai yang karakternya seperti sahabat saya di atas? Kalau ada, coba lihat karirnya. Apakah moncer, atau biasa-biasa saja.


“Pokoknya kalau ada yang ngga cocok ya aku langsung ngomel. Di kantorku, mana ada yang berani sama aku. Bosku aja ngga berani kok,” ucapnya bangga.
Sahabat saya satu ini, dari dulu terkenal temperamen. Pokoknya kalau ada yang tidak pas, ya dia langsung bereaksi. Tidak peduli kondisinya seperti apa, yang pasti siapa pun akan mendapat ocehan dari dia jika sedang emosi.


Saya sempat bertanya, sampai kapan akan bertahan dengan sifatnya yang suka mengumbar emosi itu? “Kamu kan sudah kenal aku dari dulu. Aku ya seperti ini. Ini sudah sifatku,” katanya tegas. Saya hanya diam, dan coba memaklumi. Kekerasan hatinya memang sudah sangat dikenal. Bahkan di antara keluarganya, dia lah yang paling mudah tersulut emosi.


“Yakin, kamu tidak mau mencoba menurunkan emosi demi masa depan yang lebih baik. Apakah kamu yakin, sekeliling kamu tidak ada yang merasa terganggu dengan sikapmu?” tanya saya lagi.


“Bodo amat, cuek aja lagi. Kalau mereka ngga suka ya biarin. Tidak ada yang bisa ngatur aku,” balasnya dengan nada semakin tinggi.


Saya pun mencoba bertanya soal pekerjaannya. “Sekarang kerja di bagian apa?” tanya saya lagi.


“Masih seperti dulu. Sudah 7 tahun aku di situ. Temanku sudah banyak mutasi, aku aja yang bertahan,” katanya lagi. Kali ini dengan nada yang mulai agak gamang. “Sudah ngga papa bro. Rezeki sudah ada yang ngatur, aku sih santai aja kok,” sambungnya mencoba menghibur diri.


Mendengar jawaban itu, saya langsung mencoba mencari bagian lain dalam dirinya yang tidak terima dengan kondisi tersebut. “Kamu boleh saja bilang ngga apa-apa. Tapi coba kamu cek betul-betul perasaan kamu. Adakah bagian diri mu yang ingin menyampaikan bahwa kamu sudah seharusnya naik pangkat atau menduduki jabatan lebih tinggi?”  tanya saya.


“Ya sih, kayanya memang ada jawaban,”  jawabnya. Kali ini nadanya sedikit lemah.


Sahabat semua, kisah di atas bisa saja terjadi pada siapa saja. Baik diri Anda sendiri, atau teman dan kerabat Anda. Dari kisah di atas bisa ditarik kesimpulan, energi negatif hanya akan menghasilkan vibrasi negatif

Sahabat saya tadi tidak menyadari, sikapnya yang mudah emosi hanya akan memancarkan sinyal negatif. Akibatnya, tidak ada yang suka terhadap sikapnya. Bahkan pimpinannya pun tidak menyukainya. Kenapa? Terbukti karirnya mentok, tersendat. Rekan-rekannya sesama satu kantor, sudah banyak yang mendapatkan promosi menduduki jabatan lebih tinggi. Sementara dia tidak mengalami peningkatan sama sekali.


Bukankah dalam kitab suci Alquran pun disebutkan, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11.


Selama sahabat saya tadi tetap mempertahankan sikapnya yang mudah emosi dan tidak punya empati dengan orang lain, maka sejatinya sikap itu akan kembali pada dirinya sendiri. 



Mudah marah atau emosi, hanya akan menguras energi. Jika energi mudah terkuras melalui emosi, maka tidak ada lagi sisa energi yang bisa dipakai untuk merancang masa depan. Jika Anda masih tetap menjunjung tinggi sikap ini, maka sebaiknya ucapkan selamat tinggal pada masa depan Anda. Semoga saja ini dibaca sahabat saya. (*)   

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2014 Hipnoterapi Endro S. Efendi, CHt, CT, CPS.. Designed by OddThemes