Bagi yang belum pernah tahu manfaat dari hipnoterapi, tentu masih
meraba-raba dan penasaran, seperti apa cara kerja dari metode terapi
komplimenter ini? Apalagi banyaknya tayangan hipnotis di televisi, menjadikan
sebagian orang ‘parno’ begitu mendengar kata hipnoterapi.
“Saya takut kaya yang di TV-TV itu. Nanti terungkap semua rahasia yang
penting-penting. Nanti semua rahasia muncul,” begitu kata salah satu kawan saat
ingin mencoba sesi hipnoterapi.
Edukasi tentang hipnoterapi adalah bagian penting yang juga harus terus-menerus
dilakukan. Dampak tayangan di televisi yang ‘minor’ mengenai hipnoterapi memang
cukup berpengaruh. Setidaknya perlu waktu hingga 1 jam, untuk edukasi
hipnoterapi yang sesungguhnya. Proses edukasi ini menyangkut cara kerja, dan
alur yang akan dilalui setiap orang saat menjalani sesi ini. Umumnya, setelah
proses edukasi tuntas, barulah klien yakin dan percaya dan akhirnya bersedia menjalani
proses perubahan seperti yang diharapkan.
Dalam sesi hipnoterapi, semua bergantung pada klien. Saat proses
komunikasi dengan pikiran bawah sadar, klien tetap memegang kendali penuh atas
pikiran bawah sadarnya sendiri. Selain itu hipnoterapis lulusan Adi W. Gunawan
Institute of Mind Technology, termasuk saya, dibekali kode etik yang mengikat. Jika
saya melanggar kode etik ini, izin praktik saya bisa dicabut oleh lembaga dan
saya akan di-black list. Sanksi yang
jelas tidak main-main dan harus ditaati.
Karena itu, sejak awal, harus ada ‘kontrak politik’ antara saya dengan
klien. Sebagai contoh, ketika klien datang dan meminta bantuan untuk mengatasi
masalah diet, maka saya hanya fokus untuk mengatasi masalah ini.
Jika kemudian saat sesi hipnoterapi saya menyimpang dan bertanya soal
lain yang tidak ada hubungannya dengan masalah diet, maka saya masuk kategori
melanggar kode etik, dan bisa dilaporkan ke lembaga melalui www.adiwgunawan.com.
Kemarin, ada pula calon klien yang mengatakan, sudah pernah mencoba sesi
hipnoterapi dengan hipnoterapis lulusan lembaga lain. “Saya ngga bisa
masuk-masuk. Dua jam saya ikuti perintahnya, ngga juga masuk-masuk. Akhirnya ya
cuma ngobrol biasa,” katanya.
Saya tentu tidak berani mengklaim bahwa hipnoterapis lulusan Adi W.
Gunawan Institute adalah yang terbaik di Indonesia. Namun, dari bukti yang ada,
alumni lembaga ini sudah melakukan lebih dari 100.000 kali terapi dengan tingkat
keberhasilan yang sangat tinggi. Kenapa keberhasilannya cukup tinggi, karena
protokol yang disusun lembaga ini sudah melalui riset yang sangat mendalam
serta sudah terbukti dan teruji secara klinis. Karena itu, teknik yang
digunakan untuk membimbing klien mengalami relaksasi yang dalam dan
menyenangkan, sangat ampuh.
Rata-rata saya hanya memerlukan waktu 15 menit untuk membimbing klien
mengalami relaksasi yang dalam dan menyenangkan. Tentu sebelumnya didahului
dengan edukasi serta dukungan penuh dari klien. Berikutnya, lamanya proses
terapi bergantung dari berat tidaknya kasus yang diatasi. Jika akar masalah
yang menjadi penyebab cukup kompleks, maka perlu waktu lebih lama untuk
mengurai satu demi satu.
Terkadang, ada satu masalah yang disebabkan oleh banyak akar masalah. Sebaliknya,
ada banyak masalah, yang sumbernya hanya satu akar saja. Semua hanya bisa
diketahui dari proses hipnoanalisis, dan berkomunikasi dengan pikiran bawah
sadar.
Saat saya memberi seminar mahasiswa salah satu kampus yang ada di
Samarinda, mereka juga bertanya tentang hipno stage alias hipnosis yang sering
dijadikan bahan pertunjukan. Dengan tegas saya mengatakan, saya juga mampu
melakukan apa yang dilakukan oleh pemain hipno stage. Namun itu akan sangat
merugikan bagi saya pribadi. Rugi kenapa? Nanti tidak ada yang mau diterapi
oleh saya, karena klien akan takut duluan.
Meski demikian, sesekali saya tetap perlihatkan beberapa teknik yang sudah
terbukti dan teruji, misalnya untuk mengatasi fobia. Hanya dalam waktu 15
menit, fobia yang dialami peserta seminar bisa dihilangkan. Bahkan pernah ada
salah satu mahasiswa ‘menantang’ dan mengatakan dia tidak pernah bisa
dihipnosis.
Mahasiswa ini saya minta ke depan, dan hanya dengan satu hentakan di
tangan, terbukti mahasiswa ini bablas dan masuk kondisi trance. Persoalannya adalah,
setelah mahasiswa ini dalam kondisi trance, selanjutnya mau diapakan? Klien seperti
inilah yang umumnya jadi subjek hiburan. Disuruh melakukan ini dan itu,
kemudian menjadi bahan tertawaan.
Saya tidak akan pernah mau melakukan itu. Karena
sama saja merendahkan harkat dan martabat orang lain di depan umum. Biasanya,
jika ada mahasiswa yang menantang seperti ini dan sudah dalam kondisi trance,
maka saya berikan sugesti yang positif, dan akhirnya dia kembali bangun dengan
tubuh segar dan sehat sempurna dengan pandangan mata terang.
Bagaimana menurut Anda?
Post a Comment