Dago YUI di kawasan Dago yang selalu dipadati pengunjung. |
Bijak
mengatakan, pengalaman adalah guru yang terbaik. Namun, ada pula yang
menyampaikan, pengalaman orang lain adalah guru yang terbaik. Sebab, kalau
pengalaman diri sendiri yang selalu dijadikan pelajaran, berarti di antaranya
juga harus gagal dulu. Sementara jika berkaca dari pengalaman orang lain, tentu
tidak perlu terjerumus pada kegagalan yang sama.
Masih
terkait oleh-oleh selama berada di Bandung – Jawa Barat, memang banyak kisah
dan pengalaman yang saya dapatkan dari salah satu pengusaha kuliner, Yana
Hendayana. Beliau adalah pemilik beberapa café, di antaranya Djongko, Dago Yui,
hingga RM Riung Panyaungan, serta di beberapa lokasi lainnya baik di Bandung
maupun di luar kota. Obsesinya, pria ini ingin memiliki cabang di seluruh
provinsi di Indonesia.
Lantas,
apa rahasia suksesnya? Dari obrolan santai selama berdiskusi dengan beliau, ada
tiga hal yang dijadikan hal utama dalam menjalankan bisnisnya. Ilmu ini ia
dapatkan dari gurunya, dan diamalkan sampai saat ini. Ketiga hal itu adalah Al Alim,
Ar Rahim, dan Asy Syakur.
Mari
urai satu demi satu. Al Alim yakni ilmu pengetahuan. Menurut pria ini, dalam
semua hal, sebaiknya dijadikan ilmu dan pelajaran. “Tidak ada satu pun yang ada
di muka bumi ini sia-sia. Semua mengandung ilmu pengetahuan,” ujarnya. Itu sebabnya,
ia selalu mengajak karyawannya untuk selalu belajar dan belajar dalam setiap
pekerjaan.
Jika
ingin menambah menu makanan baru, dia tinggal sampaikan ke karyawannya, “saya
ingin buat makanan seperti ini”. Maka karyawannya pun pasti akan
mempelajarinya, termasuk dia sendiri ikut mencari tahu agar sesuai selera yang
dikehendaki. Proses belajar seperti inilah yang terus diasah dan dikembangkan.
Kedua,
Ar Rahim alias saling menyayangi. Implementasi dalam pekerjaan sehari-hari, dia
selalu mengajak karyawannya untuk menyayangi semua pekerjaan yang dilakukan.
Misalnya
ketika ada karyawan yang bertugas mencuci beras. Maka ia mengajarkan agar
merasakan setiap butiran beras itu dengan segenap perasaan. Ia mengajak
karyawannya mencuci beras itu dengan penuh kasih sayang. “Supaya beras juga
nanti menyayangi dia, “ ucapnya.
Yana Hendayana (kanan) dan penulis (kiri). |
Sekilas,
mungkin kedengarannya aneh. Namun Yana meyakini, setiap benda sejatinya menyimpan
energi. Jika yang disebarkan kepada benda itu adalah energi positif, maka
hasilnya juga akan kembali positif untuk diri sendiri. Ketika para karyawannya
bekerja dengan penuh kasih sayang, maka mereka benar-benar mencintai
pekerjaannya.
“Tidak
lagi hanya sebatas melaksanakan tugas atau disuruh. Tapi benar-benar bekerja
dengan hati, dengan segenap perasaan,” urainya. Termasuk, ia menganggap semua
bawahannya sebagai teman bahkan dianggap anak sendiri.
Yana
meyakini, hukum tabur tuai memang nyata adanya. “Siapa yang menabur kasih
sayang, ya dia akan mendapatkan kasih sayang itu lagi,” ucapnya.
Terakhir,
Asy Syakur alias bersyukur. Dengan pandai bersyukur, sesuai janji Sang Maha
Pencipta, nikmatnya akan ditambah. “Maka ya harus pandai-pandai bersyukur
dengan apa yang sudah ada saat ini. Apa pun hasilnya, terus bersyukur,” pungkasnya.
Post a Comment