Haid, Tak Nyeri Lagi
Dear Pak Endro,
Selamat pagi....
Mau share progressku setelah terapi. Ini salah satu bonus sejak setelah terapi dan membuatku semakin nyaman. Aku termasuk pecinta kopi. Perlu dicatat, bukan kopi item alias kopi tubruk ya. Aku seneng minum kopi yang sudah dicampurkan susu, creamer, es krim, dsb. Kurang lebih 7 tahun tiada hari tanpa kopi creamer, dan selama 1 - 2 tahun terakhir W**te Coffee adalah minuman favorit.
Aku sudah tidak menyadari manfaat kopi ini, alias tetep ngantuk, gak mempan. mungkin bener orang bilang aku sudah addicted. Jadi hanya dapet nikmatnya kopi. Sejak setelah terapi, aku mulai mengurangi kopi susu ini karena takut gulanya dan kandungan susunya.
Awalnya gak enak emang. Mulutku gak enak, jadi males, pegel, pusing dsb. Nah, tulisan ini mungkin lebih bermanfaat buat wanita ya, kenapa? Karena secara tidak sengaja nonton tayangan dr. Oz yang mengatakan bahwa makanan / minuman mengandung kafein disinyalir dapat meningkatkan rasa nyeri, pegel, kemeng di sekitar perut bagian bawah ketika kita sedang kedatangan tamu tidak diundang (baca: haid).
Memang benar, dulu kalau tamu ini datang saya selalu mengalami nyeri dan kaku yang hebat di perut (baca: dilep) sampai keluarkeringat dingin. Dan setelah aku hampir +/- 3 minggu mengurangi frekuensi minum kopi, terutama saat akan dan selama haid masih berlangsung, aku menjalani hari-hari haid dengan lebih nyaman. Rasa nyerinya sih tetep ada, tapi gak pake dilep. Dianjurkan saat haid, bisa minum jus buah dan air putih hangat.
Perfect! Aku tetep bisa kerja nyaman sekalipun si "dia" datang. Dan kopi....? Teteplah jadi minuman favoritku saat santai. Dapet nikmat kopinya dan tetep juga dapet manfaat kopinya. Emang bener segala sesuatu yang berlebihan atau kurang tidak baik buat kita ya...
Best Rgds,
Trauma Seragam Kerja Suami
Sebelum meninggal dunia, suami saya didiagnosa
terkena penyakit liver stadium lanjut. Sebagai istri, saya tentu berusaha
semaksimal mungkin untuk penyembuhannya. Selain berobat secara medis di
Surabaya, juga berobat ke ‘orang pintar’. Nah, saat berkonsultasi dengan ‘orang
pintar’ itulah, saya diberi tahu jika suami saya mendapat ‘kiriman’ penyakit
itu dari rekan kerjanya.
Suami saya tak tertolong. Orang yang paling
saya cintai itu akhirnya tutup usia untuk selama-lamanya. Sedih sudah pasti.
Tapi yang paling mengganggu pikiran saya adalah ucapan ‘orang pintar’ itu.
Setiap kali melihat orang lain yang seragam kerjanya sama dengan yang biasa
dipakai suami saya, dada saya terasa sangat sakit dan sesak.
Saya merasa sakit
hati dengan semua rekan kerjanya. Padahal, saya sendiri tidak tahu, siapa di
antara mereka yang dituduh ‘orang pintar’ itu ‘membunuh’ suami saya. Yang
pasti, setiap kali melihat logo perusahaan atau seragam kerja yang selama ini
dipakai suami saya, perasaan langsung berkecamuk dan ingin menangis
sekuat-kuatnya.
Beruntung saya bertemu mas Endro. Dia teman
saya waktu duduk di bangku SMA. Saya ketemu lagi dengan dia saat ada acara
kumpul-kumpul dengan sesama alumni sekolah yang sama. Awalnya saya tidak tahu
jika dia punya kemampuan menghilangkan trauma. Pendek kata, saya kemudian
dibantu menghilangkan rasa sakit hati dan trauma itu dengan teknik hipnoterapi.
Alhamdulillah, sekarang saya jauh lebih tenang dan ikhlas, serta tidak pernah
lagi sakit hati setiap melihat logo perusahaan atau seragam kerja seperti yang
dipakai almarhum suami. (*)
(Helda, 34 tahun, karyawati swasta tinggal di
Kabupaten Berau - Kalimantan Timur)
Takut Pakai Kompor Gas
Ketika masih berusia 8 tahun, saya melihat
kejadian yang membuat saya trauma berkepanjangan. Ya, saat itu kompor gas yang
dipakai memasak oleh nenek saya, meledak. Tak hanya nenek yang menjadi korban. Dua
sepupu saya juga meninggal dunia akibat kejadian itu.
Akibatnya, sejak itu pula saya menjadi trauma
dan takut dengan kompor gas. Hingga saya berusia 40 tahun, saya masih takut
dengan kompor gas. Selama itu pula saya hanya berani memasak dengan kompor
sumbu yang menggunakan minyak tanah. Meskipun di rumah saya memiliki kitchen
set lengkap, semua hanya sebagai pajangan. Setiap hari, saya tetap memasak
menggunakan kompor sumbu yang saya simpan di gudang belakang rumah.
Alhamdulillah, setelah diterapi Mas Endro
dengan teknik hipnoterapi, 20 menit kemudian rasa takut selama bertahun-tahun
dengan kompor gas itu langsung hilang. Hari itu juga, saya membeli tabung gas,
dan menggunakan kompor gas yang ada untuk memasak.
Sekarang semua jadi lebih mudah. Untuk memasak
mi instan, tak perlu lagi menunggu api menyebar seperti ketika masih pakai
kompor sumbu. Saya pun jadi lebih rajin mencoba dan mempraktikkan resep-resep
baru. Hipnoterapi memang luar biasa. (*)
Nur
Syahidah, 40 tahun, ibu rumah tangga tinggal di Samarinda – Kalimantan
Timur.
Post a Comment