Tulisan ini tak bermaksud untuk melakukan penghakiman
atau apa pun. Sebab, kasus yang terjadi pada sang motivator ini bisa terjadi
pada siapa saja dan kapan saja. Karena itu, tulisan ini hanya ingin mengulas kira-kira
apa yang menyebabkan pemilik acara Golden Ways tersebut enggan mengakui
Kiswinar sebagai anaknya.
Terlepas benar atau tidak hubungan darah di antara MT –
Kiswinar, nyatanya sang anak memang sudah menunjukkan berbagai bukti konkret yang
rasa-rasanya sulit untuk dibantah. Ditambah lagi Kumara Teguh alias Kumkum,
adik kandung MT yang bermukim di Samarinda, juga memberikan penjelasan gamblang
melalui wawancara eksklusive Samarinda TV (STV) yang kemudian beredar luas di
sosial media.
Penjelasan wanita yang mengklaim dirinya sebagai adik
kandung MT ini sekaligus mematahkan penjelasan dari MT yang sebelumnya
berbicara di Kompas TV. Sang adik kembali memberikan penegasan bahwa Kiswinar
memang anak MT.
Lantas, kenapa MT benar-benar enggan mengakui Kiswinar
sebagai anaknya? Dari sisi teknologi pikiran, ada hal penting yang dibutuhkan
agar MT bisa dengan mudah mentransfer kalimat motivasinya kepada audiens. Apa
itu? Apalagi kalau bukan figur otoritas. Bagi seorang pembicara atau public
speaker, figur otoritas memegang peranan sangat penting. Semakin tinggi figur
yang terbentuk, maka semakin mudah mempengaruhi orang lain.
Sebagai contoh nyata, mungkin dulu Joko Widodo bukanlah
siapa-siapa. Dia hanya seorang pengusaha meubel di Solo. Ketika itu, figurnya
belum terbentuk dan apa yang disampaikan belum tentu memiliki pengaruh besar.
Namun, figur itu mulai meningkat ketika menjadi wali kota Solo. Otomatis,
figurnya terdongkrak dan apa yang disampaikan semakin mudah diterima
masyarakat.
Figur ini semakin meningkat ketika menjadi gubernur DKI
Jakarta dan kini semakin kuat lagi setelah menjadi presiden RI. Tak mudah untuk
bisa meraih figur otoritas yang mumpuni. Perlu waktu dan tenaga yang tidak
sedikit, serta harus konsisten.
Nah, kembali ke MT, beliau jelas sangat mengetahui
keberadaan figur otoritas ini. Betapa pun, di Tanah Air, figurnya sebagai
motivator papan atas sudah sangat kuat dan melekat. Bahkan, figurnya lebih kuat
dibanding selebritas umumnya. Lihat saja ketika ada artis yang melakukan
kesalahan besar, bahkan boleh dibilang sebagai aib besar, nyatanya figurnya
tetap bisa ditingkatkan kembali dan kini masih bermunculan di layar kaca.
Contoh lain, Purdi Chandra boleh saja dikatakan gagal dengan
konsepnya Cara Gila Jadi Pengusaha ketika akhirnya dinyatakan pailit. Namun,
dia hanya mengupas soal usaha, soal utang atau kredit di bank. Sehingga tidak
merusak figurnya secara utuh. Secara perlahan, Purdi kini kembali menaikkan
kembali figurnya dan bisa kembali eksis.
Sementara posisi MT tak hanya sebagai pembicara dalam
hal tertentu saja, namun sebagai motivator kehidupan. Artinya, semua aspek
kehidupannya secara pribadi, mau tidak mau, suka tidak suka, dijadikan teladan
atau contoh oleh para penggemarnya. Karena itu, figurnya terancam anjlok atau
bahkan terjun bebas dengan kemunculan Kiswinar. Secara otomatis, penggemarnya
pasti akan merosot drastis. Kenapa? Karena pikiran bawah sadar akan membuat
sistem secara otomatis. Ketika figur otoritas seseorang itu dianggap tidak lagi
sesuai dengan nilai – nilai yang ada, otomatis file tentang MT akan rusak,
bahkan bisa hilang permanen.
Boleh jadi, inilah alasan MT mati-matian tidak akan
mengakui Kiswinar sebagai anaknya. Beliau sedang mempertahankan figur otoritas
tersebut. Kalau pun Kiswinar memang bukan anaknya, mau tidak mau MT harus punya
bukti kuat dan konkret agar figur otoritasnya tidak semakin tergerus. Jika
bukti ini tak kunjung tersedia, maka otomatis popularitasnya semakin terjun
bebas.
Tes DNA mungkin jadi salah satu cara yang bisa
dilakukan. Meski, lagi-lagi, ini juga diragukan jika ada pihak yang bisa
memanipulasi hasilnya. Karena itu, tes harus dilakukan oleh pihak yang
benar-benar netral dan independen.
Terlepas dari ini semua, MT terbukti sudah memberikan
kontribusi besar terhadap negeri ini melalui berbagai kalimat motivasinya.
Bukankah sang bijak mengatakan, walau keluar dari pantat ayam, jika itu telur,
ambil saja.
Maka, tak perlu menghujat MT. Cukup ambil hikmahnya dan
jadikan hal itu sebagai pelajaran, termasuk untuk diri saya sendiri. (*)
Post a Comment