Setiap orang pasti memiliki keinginan tertentu, baik itu dari sisi karir, kesehatan, pendidikan, hingga persoalan finansial. Tak sedikit orang yang mengumpat pada dirinya sendiri hingga menganggap dirinya sial, karena merasa jalan hidupnya selalu sulit dan jauh dari keberuntungan. Alih-alih berharap mendapatkan apa yang diinginkan, yang terjadi kadang sebaliknya, apa yang sebelumnya didapatkan pun malah hilang, lenyap begitu saja.
Seperti tertulis di atas, setiap orang pasti punya keinginan atau target. Persoalan mendasar adalah tidak secara jelas dan rinci menetapkan target yang ingin dicapai. Orang-orang yang merasa hidupnya selalu sulit tadi, tidak menuliskan target ini dengan gamblang.
Haruskah target yang ingin dicapai itu ditulis terlebih dahulu? Dengan tegas jawabannya adalah: iya. Sebab, ada perbedaan mendasar antara kerja dari pikiran sadar dan dengan pikiran bawah sadar. Apa yang diinginkan pikiran sadar belum tentu sejalan atau diterima pikiran bawah sadar. Itu sebabnya, untuk mengetahui apakah alam pikiran bawah sadar setuju atas keinginan pikiran sadar, maka target ini perlu jelas, rinci, dan ditulis. Menulis target atau impian ini adalah teknik ideomotor response yang langsung menembus faktor kritis. Dengan demikian target ini masuk ke pikiran bawah sadar.
Menulis target secara jelas ini pula yang coba dikembangkan Anis Baswedan, sejak sebelum menjadi Menteri Pendidikan Dasar Menengah (Dikdasmen), melalui kegiatan Kelas Inspirasi, turunan dari kegiatan Indonesia Mengajar. Jika Indonesia Mengajar adalah program jangka panjang, yakni para lulusan perguruan tinggi mengajar di pedalaman dan perbatasan selama satu tahun, maka Kelas Inspirasi waktunya hanya satu hari.
Ya, dalam Kelas Inspirasi itu, para profesional dari berbagai bidang diminta menyisihkan waktunya satu hari untuk mengajar di sekolah dasar, diutamakan untuk mereka yang duduk di kelas 4, 5 , dan 6. Nah, melalui kegiatan ini, para murid sekolah dasar dimotivasi untuk memilih cita-cita yang diinginkan, dan didorong untuk bisa mewujudkan cita-cita itu. Caranya, para siswa diharuskan menuliskan cita-cita yang diinginkan di sebuah kertas origami. Setelah itu, kertas berisi cita-cita itu ada yang digantung di “jemuran cita-cita”, atau ditempel di sebuah “pohon cita-cita”. Ada juga yang kertas origaminya dibentuk menjadi burung, kemudian diterbangkan dengan balon udara.
Kegiatan Kelas Inspirasi itu secara tidak langsung mengajak murid sekolah dasar untuk menjalankan teknik ideomotor response, sehingga diharapkan menembus faktor kritis dan target yang ditulis para murid tadi masuk ke pikiran bawah sadar mereka. Terdengar sepele, namun hal itu diyakini akan berkesan dan seluruh sel tubuhnya akan meresponse perintah ‘target’ yang sudah ditulis dan terekam dengan jelas di alam bawah sadar tadi.
Saat duduk di bangku SD, SMP atau SMA, bukankah Anda juga sering berhadapan dengan hafalan rumus atau hafalan tertentu? Sudah berusaha menghafal, nyatanya nggak hafal-hafal juga. Memori di otak seolah menolak perintah hafalan yang sedang kita lakukan. Akibatnya, ada yang kadang membuat catatan kecil dengan bahasa singkat, padat, jelas, bahkan hanya diri sendiri yang memahaminya. Catatan kecil berisi rangkuman pelajaran itu bahkan bisa menjadi sangat panjang, hingga kesulitan menyembunyikannya.
Anehnya, setelah menulis ringkasan ini, bisa langsung hafal dengan apa yang ditulis. Memang tidak lantas hafal 100 persen, tapi setidaknya ada yang ‘nyangkut’ di memori otak. Sehingga tak jarang, catatan kecil nan panjang yang disiapkan saat ujian berlangsung, tak perlu dibuka semuanya, karena pasti ada yang diingat. Kecuali memang benar-benar lupa. Itu pun, otak minimal mengingat di mana posisi catatan yang kita ingin lihat saat ujian berlangsung, sehingga tidak perlu membuka semua catatan dengan panjang. Kalau catatannya dibuka semua, bukankah risikonya bakal ketahuan guru? Hal ini menjadi bukti bahwa mencatat sangat penting untuk memasukkan ‘file’ ke memori bawah sadar.
Tak sedikit pula yang metode menghafalnya dengan menggunakan kalimat tertentu, atau dengan cara menyingkatnya. Namun tetap harus dicatat terlebih dahulu, kemudian dibaca dengan bersuara. Dulu, ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar, diberikan pelajaran tentang daerah-daerah di Indonesia yang menghasilkan minyak bumi. Saya pun membuat sendiri singkatannya menjadi: Pang Pla Cep Won Bal Bul Tar Sor. Hingga kini saya masih mengingat singkatan itu, karena tersimpan sangat rapi di alam bawah sadar. Daerah itu masing-masing adalah Pangkalan Bun, Plaju, Cepu, Wonokromo, Balikpapan, Bulak, Tarakan, dan Sorong.
Boleh jadi, Anda juga masih mengingat beberapa pelajaran yang didapat saat di SD hingga SMA, karena sudah ditulis dengan cara disingkat dan kemudian tersimpan yang abadi di alam bawah sadar.
Beberapa contoh ringan itulah yang menjadi alasan kenapa target yang ingin dicapai harus ditulis dengan rinci dan jelas. Setelah target ditulis, perlu secara sadar dan detil menentukan strategi untuk mencapai target ini. Baru setelahnya dilakukan pengecekan apakah ada penolakan dari pikiran bawah sadar atau tidak. Bila ada, atasi penolakan ini.
Penolakan pikiran bawah sadar pada target itu sendiri bisa terjadi jika targetnya dirasa tidak layak, tidak pantas, terlalu tinggi, tidak masuk akal, dll. Penolakan pikiran bawah sadar juga bisa terjadi hanya pada cara atau strategi untuk mencapai target ini.
Bagi mereka yang lahir tahun 60-an sampai 80-an, mungkin pernah ingat ketika SD atau SMP, menuliskan cita-cita di buku diary milik sendiri atau milik teman. Bahkan saat berkenalan dengan teman baru di sekolah atau dengan sahabat pena, cita-cita seolah menjadi hal wajib yang perlu dicantumkan dalam barisan biodata.
Saya ingat, ketika masih SD pernah menuliskan kata “penyanyi dangdut” di kolom cita-cita, pada buku diary milik salah satu teman. Sesudah menuliskan cita-cita itu, entah kenapa seolah tidak diresponse dengan baik oleh pikiran bawah sadar. Alam bawah sadar seolah memberikan sinyal bahwa cita-cita penyanyi dangdut itu kurang tepat. Nyatanya benar, saat mulai baligh, jakun tumbuh dan suara mulai menggema, suara saya sama sekali tidak ada bagus-bagusnya, serak-serak becek. Padahal ketika SD, saya sering tampil menyanyi di atas panggung peringatan 17-an di kampung.
Selain penyanyi dangdut, di waktu yang sama juga pernah menuliskan kata ‘artis’ di kolom cita-cita pada buku diary milik teman lainnya. Hasilnya juga sama, alam bawah sadar sepertinya melakukan penolakan dan ada perasaan kurang nyaman atas cita-cita itu, meskipun pikiran sadar sangat ingin mencapainya. Meski sejak SMP hingga kuliah di perguruan tinggi sempat tergabung dalam kelompok teater, hingga pernah bermain dalam sinetron ‘Misteri Gunung Ajjung’ yang ditayangkan TVRI Pusat Jakarta, nyatanya alam bawah sadar benar-benar tidak merestui cita-cita sebagai artis tadi.
Kondisi ini sangat berbeda ketika di bangku SMP, saya mulai menuliskan kata ‘wartawan’ di kolom cita-cita pada buku diary milik sendiri. Alam bawah sadar sepertinya dengan mudah melakukan response, bahkan beberapa kali masuk ke alam mimpi, seolah-olah saya sudah benar-benar menjadi wartawan. Sejak itu, saya menjadi sering mencari informasi tentang profesi tersebut, termasuk mencari cara bagaimana mewujudkannya. Tak terasa, hingga sekarang sudah belasan tahun saya menjalani profesi sebagai wartawan. Sebab, sejak duduk di bangku kelas 2 SMA, saya sudah menyandang kartu pers resmi dari sebuah majalah bulanan asal Cepu – Jawa Tengah.
Begitu pula ketika menuliskan keinginan menjadi penulis buku, alam bawah sadar memberikan response luar biasa. Buku ‘Cara Gampang Menjadi Wartawan’ yang diterbitkan Kalika Publishing pada Agustus 2014, saya tulis hanya dalam tempo kurang dari satu bulan. Begitu pula buku pertama ‘250 Status Humor Fesbuk’ yang diterbitkan Family Press – Samarinda pada 2010 silam, juga hanya perlu waktu 2 pekan untuk menuntaskannya.
Menuliskan target atas impian yang ingin diwujudkan, juga dilakukan artis papan atas, Dian Sastrowardoyo. Dalam sebuah acara Just Alvin yang ditayangkan di Metro TV, terungkap bahwa artis yang akrab disapa Dian Sastro itu sejak duduk di bangku SMP memiliki daftar target 5 tahunan yang ingin dicapai. Catatan yang diberi nama Repelita Mimpi ditulis di selembar kertas, kemudian ditempel di dinding kamarnya. Ibundanya lah yang mengajarkan Dian Sastro membuat daftar impian seperti itu.
Ajaib, sebagian besar apa yang dituliskan ketika SMP itu sudah berhasil diwujudkannya. Termasuk keinginannya untuk bersekolah ke jenjang yang tinggi, dibuktikan dengan lulusnya Dian Sastro pada program pascasarjana (S-2) dengan predikat cumlaude. Prestasi itu diraih ketika dirinya sudah memiliki dua anak. Tak berhenti di situ, pemain utama dalam film fenomenal ‘Ada Apa dengan Cinta’ itu pun kembali mempunyai mimpi yakni melanjutkan pendidikan doktor (S-3).
Impian atau target memang harus disusun secara rinci dan detil. Setelah target dicatat dengan gamblang dan komplet, berikutnya memang perlu rutin dilakukan pengecekan apakah alam bawah sadar ini menerima atau tidak. Termasuk ketika ragu dalam memutuskan target yang ingin dicapai. Apalagi jika ada beberapa target yang tidak mungkin dijalani keduanya, perlu ada upaya melakukan analisa pada pikiran bawah sadar. Bukankah dalam agama Islam metode ini pun sangat dianjurkan bagi yang sedang ragu, yakni melalui salat istikharah alias meminta petunjuk Allah SWT.
Memahami alam bawah sadar ini caranya bisa dilakukan dengan lebih sering melakukan perbincangan dengan diri. Dialog dengan diri sendiri ini sangat menentukan. Sebab, melalui berbicara dengan diri sendiri, akan mudah merasakan target mana yang merasa dianggap nyaman dan tepat, dan mana yang terjadi penolakan. Ada baiknya, dialog dengan diri sendiri itu dilakukan dalam suasana hening dan dalam kondisi relaksasi.
Tak sedikit pula pakar hypnotherapy bisa membantu untuk mengetahui response alam bawah sadar ini. Melalui metode dan pelatihan yang tepat dan terarah, seseorang akan diberikan panduan dalam belajar teknik-teknik untuk mencari, menemukan, dan mengatasi penolakan alam bawah sadar tadi.
Tapi ingat, terapis atau para pakar hanya memberikan sugesti dan panduan. Kendali atas diri sendiri ya tetap oleh diri kita sendiri. Sebab, yang paling utama adalah kita harus mampu mengendalikan diri sendiri, bukan bergantung pada orang lain.
Kembali ke persoalan target tadi, setelah membaca tulisan ini, sudahkah Anda menetapkan target hidup yang jelas, detil, dan tertulis? Tahun dengan cepat berganti. Apakah hanya membiarkan pergantian tahun itu tanpa impian apa-apa? Sementara orang lain sudah mewujudkan impiannya, tak sedikit yang bahkan tidak punya target sama sekali.
Karena itu, segera ambil kertas dan pulpen. Tuliskan target yang ingin Anda capai tahun depan, 5 tahun mendatang, atau 10 tahun ke depan. Tulis dengan jelas, dan detail. Ajak alam bawah sadar Anda terlibat dalam penyusunan target itu supaya lebih mudah tercapai. (*)
Post a Comment