|
Sebagian hipnoterapis anggota AHKI |
Asosiasi
Hipnoterapi Klinis Indonesia (AHKI) resmi menjadi mitra Kementerian Kesehatan
RI sebagai perkumpulan atau asosiasi penyehat tradisional pemberi rekomendasi
Surat Terdaftar Penyehat Tradisional (STPT). Kabar gembira di ujung 2021 ini
disampaikan Ketua Umum AHKI Dr. Dr. Adi W. Gunawan, ST., MPd., CCH®.
“Setelah
menanti lebih setahun akhirnya perjuangan panjang ini berbuah manis,” sebut Adi
W. Gunawan.
AHKI
adalah organisasi profesi hipnoterapis, didirikan 8 November 2011 dan mendapat pengesahan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada 6 Juni 2021.
Dikatakan,
AHKI resmi diakui sebagai mitra Kemenkes dalam ranah terapi olah pikir dan bisa
memberi rekomendasi untuk pengurusan Surat Terdaftar Penyehat Tradisional
(STPT).
Dijelaskan,
AHKI mengajukan sebagai mitra Kemenkes sejak 20 November 2020. Akhirnya,
mendapat balasan dari Kemenkes per 22 Desember 2021 dan diterima sebagai mitra
Kemenkes dalam surat bernomor YT.01.02/IV.1/1979/2021. Surat itu ditandatangani
secara elektronik oleh Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional, Kemenkes RI,
Dr. IGM Wirabrata, Apt.
AHKI
resmi menjadi mitra Kementerian Kesehatan RI melalui proses panjang. Tim Yankestrad
Empiris Kemenkes RI setelah melakukan telaah mendalam menyimpulkan tiga hal
berikut. Pertama, Asosiasi Hipnoterapi Klinis Indonesia (AHKI) telah
menyelenggarakan pelatihan hipnosis bagi anggotanya dan sesuai dengan kriteria
dalam rekomendasi Pokjanas Nomor 2 Tahun 2018 tentang pelayanan hipnoterapi.
Kedua,
AHKI merupakan organisasi penyehat tradisional yang menyelenggarakan metode hipnoterapi.
Pelayanan hipnoterapi yang dilakukan oleh AHKI sesuai dengan kriteria pelayanan
kesehatan tradisional empiris dan bersifat aman serta tidak melanggar norma
agama dan norma di masyarakat. Pelayanan hipnoterapi yang dilayankan oleh AHKI
termasuk kedalam teknik olah pikir.
Dan
ketiga, AHKI telah memiliki rumpun keilmuan/prinsip-prinsip dasar dalam
kesehatan tradisional.
Adi
W Gunawan berharap, ke depan AHKI bersama asosiasi atau lembaga pendidikan
hipnoterapi lainnya bisa terus mengembangkan hipnoterapi ke jenjang lebih
tinggi.
“Kita
bermimpi Indonesia bisa jadi pusat riset pendidikan dan pelatihan hipnoterapi
dunia. Karena sebenarnya di Indonesia punya banyak orang pintar, hanya selama
ini belum terekspose keluar,” sebut pendiri Adi W. Gunawan Institute of Mind
Technology Surabaya, sebagai lembaga pendidikan hipnoterapi klinis di Indonesia
itu.
Harapan
untuk memajukan hipnoterapi ke level lebih tinggi tidak berlebihan. Di
antaranya bisa menetapkan standar baku dari mulai standar pendidikan, kompetensi,
dan praktik hipnoterapi klinis.
“Kami
berharap bisa membantu bangsa dan negara ini melalui hipnoterapi klinis,”
imbuhnya.
Terpisah,
Guru Besar Psikologi Klinis Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Kwartarini
Wahyu Yuniarti, MMedSc., PhD, Psikolog mengatakan, tidak banyak ilmuwan yang
menekuni hipnoterapi dan benar-benar fokus dalam mengembangkan keilmuannya
sesuai level kompetensi minimal dan terjaga.
“Kata
terjaga ini dibuktikan AHKI dengan adanya grup telegram yang tidak pernah ada
hentinya dalam hal sharing kasus terus menerus. Ini yang membuat ilmu ini
terjaga baik dari sisi pembaharuan ilmu hingga kode etik,” beber guru besar
psikolog klinis yang juga hipnoterapis klinis ini.
Dari
sisi keilmuan, menurut Kwartarini, pembaharuan juga didapat dari Eropa, Amerika
dan Australia.
“Sebagai
seseorang yang pernah beberapa tahun menjaga pendidikan magister psikologi profesi
di Indonesia dan UGM, saya sangat bangga jadi bagian AHKI, sekaligus menjadi
penjamin kompetensi di AHKI. Artinya, keilmuan di AHKI bisa
dipertanggungjawabkan,” urai penasihat AHKI ini.
Ditambahkan,
pusat pendidikan kompetensi hipnoterapi klinis AHKI yang ada di AWGI, saat ini
bekerja sama dengan UGM serta enam pusat riset lainnya. Masing-masing
Universitas Sumatera Utara, Universitas Gunadarma, Universitas Padjadjaran,
Universitas Diponegoro, Universitas Kristen Satya Wacana, dan Universitas
Udayana. Riset dilakukan berbasis bukti klinis (evidence based), serta kompetensi ahli sesuai teknik yang
diterapkan di lembaga pusat kajian AHKI di AWGI.
“Dari
riset yang saat ini berjalan, perubahan klinis benar-benr bisa ditunjukkan,
baik pada tataran validitas dan relabilitas. Selain itu intervensi dan
kompetensi hipnoterapis juga sangat tinggi dan andal,” ulasnya.
Pada
akhirnya, Kwartarini menegaskan akan siap memublikasikan hasil riset tersebut
jika sudah selesai.
Riset
yang dilakukan AHKI berpusat di AWGI dan UGM serta perguruan tinggi lain itu
didanai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) selama 3 tahun.
“Lembaga
ini jelas tidak main-main dan pasti melakukan seleksi ketat terhadap proposal
penelitian yang diajukan. LPDP tidak mungkin memberikan dana penelitian untuk
keilmuan yang belum teruji kualitasnya,” imbuhnya.
Terkait
riset dan penelitian itu, Adi W. Gunawan menambahkan, dari sisi teknik, yang
digunakan adalah teknik hipnoterapi klinis level advanced, nonkonvensional, bersifat eklektik integratif.
Teknik-teknik
terapi ini dikembangkan, selain berdasar hasil penelitian hipnoterapi terkini
dipublikasi di jurnal-jurnal internasional, juga berdasar temuan di ruang
praktik para hipnoterapis AHKI yang secara kolektif telah melakukan lebih dari
100.000 kasus terapi dan konseling sejak tahun 2005.
Tak
heran jika ada peneliti yang juga dosen di salah satu universitas ikut dalam
penelitian ini berkomentar, "kok bisa ya. Cuma begitu saja terapinya tapi
klien bisa mengalami perubahan signifikan," ujarnya mengulang kalimat
peneliti tersebut. (*)