Tulisan
ini menjawab pertanyaan beberapa sahabat, yang menyampaikan keinginannya untuk belajar
hipnoterapi kepada saya. Sahabat yang budiman, bukan saya pelit atau
tidak mau berbagi ilmu hipnoterapi secara gamblang atau blak-blakan. Kenapa? Ini
semua terkait dengan kode etik yang harus saya pegang teguh. Sama halnya dengan
dokter dan pengacara, yang jelas tidak akan membeberkan semua keahliannya,
karena ada ketentuan khusus yang harus dipatuhi.
Selama
diskusi masih sebatas tentang teknologi pikiran secara umum, dengan senang hati
saya bersedia berbagi pengetahuan. Namun jika sudah menyangkut teknik, tentu
saya harus membatasi diri. Sebab, tanpa pondasi pengetahuan yang utuh dan kuat,
teknik yang saya bagikan akan sia-sia belaka. Bahkan yang runyam, bisa
disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak baik.
Belajar
hipnoterapi tidak hanya sekadar menguasai teknik. Lebih dari itu, sikap dan
perilaku hipnoterapis juga ikut dibentuk selama proses belajar mengajar.
Sebagai guru, Adi W. Gunawan sangat tegas dalam urusan sikap dan perilaku.
Karena itu, beliau tak segan mencabut dan memasukkan terapis dalam daftar hitam
(black list) jika menyimpang dari
kode etik yang sudah ditetapkan oleh lembaga yang dipimpinnya.
Termasuk
soal teknik. Beliau memang sangat terbuka dengan berbagai perkembangan terkait
teknologi pikiran. Namun demikian, juga sangat tegas dalam menjaga protokol
terapi yang sudah ditetapkan. Karena itu, terapis lulusan lembaga ini tidak
dibenarkan mencampur-aduk teknik yang diajarkan dengan teknik lain.
Inilah
alasan, kenapa saya menolak ketika ditanya teknik oleh hipnoterapis yang sudah
belajar di lembaga lain. Pondasi dan landasan yang digunakan memang berbeda. Perbedaan
protokol yang digunakan saat sesi terapi, tentu akan membedakan hasil terapi
itu sendiri. Jika teknik ini kemudian diberikan kepada hipnoterapis lulusan
lembaga lain, belum tentu bisa berjalan dengan baik.
Saya
memang memiliki lisensi sebagai trainer untuk menyampaikan materi Scientific
EEG & Clinical Hypnotherapy (SECH). Namun, saya hanya boleh menyampaikannya
dalam bentuk seminar, bukan workshop atau pelatihan.
Mengapa?
Ini demi menjamin kualitas materi yang diserap peserta agar benar-benar
maksimal dan mumpuni. Tentu berbeda, belajar langsung dengan Adi W. Gunawan
sebagai pendiri Adi W. Gunawan Institute
of Mind Technology (AWGI), dengan belajar melalui saya.
“Saya
ngga perlu sertifikatnya mas. Saya pengen belajar untuk diri sendiri. Boleh
ngga?” demikian kata salah satu sahabat, berharap agar saya bisa mengajarkan
beberapa teknik.
Saya
bersedia menyampaikan dan mengajarkan semua yang saya dapat selama di AWGI.
Syaratnya, biaya yang dibayarkan harus sama dengan ketika belajar di AWGI. Jelas
saja sahabat saya ini menolak, he he he.
Karena
itu, jika ingin belajar dan mendalami tentang hipnoterapi, sebaiknya langsung
ke AWGI. Untuk tahun ini, AWGI membuka kelas SECH Angkatan XX pada 17 Maret -
15 Juni 2016.
Ini
adalah kelas Sertifikasi Hipnoterapis Profesional 100 jam dengan standar
kurikulum internasional (ACHE, Amerika) selama 9 (sembilan) hari yang terbagi
menjadi 3 (tiga) pertemuan. Untuk mendapatkan harga khusus, pendaftaran harus
dilakukan paling lambat Kamis, 18 Februari 2016.
Proses
belajar dipusatkan di AWGI, di Jl. Argopuro 43 Surabaya. Kelas dibagi dalam
tiga kali pertemuan. Pertama 18 - 20 Maret 2016, kedua 15 - 17 April 2016, dan
terakhir 13 - 15 Mei 2016.
Sahabat
harus mengikuti semua pertemuan itu 100 persen. Jika ada yang terlambat atau
tidak hadir, maka harus mengulang pada kelas selanjutnya.
Post a Comment