Tak
sedikit klien datang membawa anaknya dengan berbagai bermasalah. Di antara
berbagai masalah itu, ada anak yang memiliki perilaku menyimpang. Misalnya
malas belajar, malas mengerjakan pekerjaan rumah, membantah perkataan orang
tua, enggan menuruti kemauan orang tua, sengaja memainkan makanan, mengisap
lem, hingga mulai merokok. Perilaku-perilaku yang kurang sepantasnya itu jelas
membuat para orang tua stress dan pusing 7 keliling.
Berbagai
perilaku yang dianggap kurang baik itu, bisa diselesaikan tuntas melalui sesi
hipnoterapi. Selanjutnya, tinggal orang tua yang melanjutkan dengan pola asuh
yang benar dan tepat.
Sebab,
sebelum dilakukan sesi hipnoterapi pada anak, seperti biasa, yang perlu
dilakukan adalah edukasi pada orang tua, termasuk mengevaluasi pola asuh yang
sudah berlangsung selama ini. Dari pola asuh tersebut, biasanya ditemukan
benang merah yang membuat si anak melakukan berbagai perilaku menyimpang
tersebut.
Setidaknya,
ada empat hal yang menjadi alasan, kenapa anak melakukan tindakan yang membuat
puyeng ayah dan ibunya itu. Ini seperti yang ditulis pakar teknologi pikiran,
Adi W. Gunawan dalam bukunya Hypnotherapy
for Children.
Pertama, untuk
mendapat perhatian.
Ya, di era digital dan serba sibuk seperti sekarang ini, tak sedikit anak yang
memang sangat kekurangan perhatian dari kedua orang tuanya. Ayah sibuk bekerja,
begitu juga sang ibu juga tak mau melepas karirnya yang sedang bersinar.
Akibatnya, anak menjadi korban dan kurang perhatian.
Alih-alih
menuruti semua permintaannya sebagai ganti perhatian dan kasih sayang, namun
faktanya semua yang diberikan itu tidak dapat menggantikan kebutuhan kasih
sayang anak dari kedua orang tuanya.
Dalam
buku Lima Bahasa Cinta karya Gary Chapman disebutkan, orang tua wajib mengisi
kasih sayang anak. Mengisi kasih sayang anak tidak boleh dilakukan oleh
pembantu, baby sitter, atau kakek dan neneknya. Yang paling utama harus
dilakukan kedua orang tuanya.
Cara
mengisi baterai cinta anak adalah dengan pujian, hadiah, waktu yang
berkualitas, sentuhan, dan layanan.
Umumnya,
orang tua yang super sibuk, hanya bisa memenuhi kebutuhan hadiah saja. Namun
empat bahasa cinta lainnya, sangat diabaikan. Tidak pernah memberikan pujian
pada anak. Kalau pun memuji hanya sekadarnya, tidak tulus dari dalam hati.
Anak
juga jarang memiliki waktu yang berkualitas dengan kedua orang tuanya. Momen
kebersamaan jarang didapatkan anak dengan kedua orang tua yang sangat sibuk.
Bahkan ketika anak sedang berjalan-jalan dengan orang tuanya ke pusat
perbelanjaan, secara fisik memang berdekatan. Namun hati mereka saling
berjauhan, karena masing-masing sibuk dengan gadget-nya.
Apalagi
sentuhan dan layanan, anak jarang sekali mendapatkan hal ini ketika mendapati
kenyataan, kedua orang tuanya mengabaikan keberadaannya. Sentuhan dan layanan
umumnya diberikan oleh pembantu atau baby sitter. Jangan heran jika anak
kemudian lebih dekat dan sayang dengan pengasuhnya. Orang tua hanya memproduksi
anak, sementara sejatinya anak itu sudah menjadi anak pengasuh, atau anak dari
kakek dan neneknya.
Kedua, untuk mendapatkan
kekuasaan atau mengalahkan orang tua. Kedengarannya memang ekstrem. Ya anak yang
selama ini tertekan, tentu pikiran bawah sadarnya akan berontak. Pikiran sadar,
tentu kalau ditanya tidak akan merasa melakukan hal ini. Namun ketika diakses
ke dalam pikiran bawah sadar, ternyata sudah terbentuk pola, anak harus bisa
menguasai dan mengalahkan orang tua.
Pembaca
tentu pernah melihat, ada anak yang bisa mendapatkan semua hal yang dia
inginkan. Jika minta sesuatu dan tidak diberi, maka anak akan mengamuk dan
menangis sembari berteriak sekencang-kencangnya. Ini adalah indikasi, anak
selama ini tertekan. Akibatnya, dia ingin membalas tekanan itu kepada orang
tuanya. Anak akan merasa sangat puas jika melihat kedua orang tuanya
kebingungan dengan sikapnya. Anak
akan merasa menang dan bangga setelah bisa mengendalikan orang tuanya.
Coba
saja perhatikan anak-anak yang dititip sama kakek-neneknya atau dengan
pengasuhnya. Ketika dengan pengasuh atau kakek-neneknya, si anak terbukti
anteng saja dan tidak bermasalah. Tetapi ketika kedua orang tuanya datang,
biasanya langsung berubah total.
Lagi-lagi,
itu adalah indikasi bahwa anak selama ini sudah merasa disisihkan dan merasa
tidak berguna, sehingga dia pun berbalik ingin menguasai perasaan orang tuanya.
Melihat anaknya seperti ini, orang tua biasanya mau tidak mau menuruti kemauan
anak, sebagai ungkapan rasa bersalah, sudah meninggalkan anaknya untuk bekerja.
Ketiga, untuk membalas dendam dan menghukum orang tua yang menolak memberikan perhatian pada anak, atau yang memaksa anak menuruti kemauan mereka. Dari sini bisa dilihat, bahwa anak sengaja melakukan penyimpangan perilaku untuk memuaskan dendamnya kepada orang tuanya yang selama ini sudah mengabaikan dirinya.
Secara
sadar, anak memang tidak tahu jika dia melakukan hal tersebut. Namun di dalam
pikiran bawah sadarnya, sudah terbentuk pola bahwa dia harus bertindak aneh,
agar orang tuanya bisa ‘tersiksa’. Pikiran bawah sadar anak sudah membentuk
pola, bahwa orang tua yang tidak perhatian juga layak mendapat hukuman dengan
cara mereka. Misalnya meminta sesuatu yang aneh dan tidak masuk akal, sehingga
membuat orang tuanya stres.
Sebelumnya
minta makan ayam goreng. Begitu sudah dibelikan ayam goreng, eh minta bakso.
Hal-hal begini sengaja dilakukan anak supaya orang tuanya stres. Jika orang
tuanya puyeng dengan sikap anak, maka program yang dijalankan anak otomatis
berhasil.
Begitu
pula jika orang tua terlalu memaksakan kehendaknya, maka anak pun punya cara
tersendiri untuk berbalik menekan orang tua dengan permintaan tertentu.
Hal
seperti ini, jarang terjadi pada anak yang sudah mendapat kasih sayang dari
kedua orang tuanya secara utuh. Anak akan mudah menuruti kemauan orang tuanya,
jika selama ini memang sudah terjalin kebersamaan dan kasih sayang yang sangat
mendalam.
Keempat, menjadi
tidak produktif atau sakit, dan memaksa orang tua merasa kasihan dan melayani
anak. Pernah
mendapati anak yang mudah sakit? Padahal, sakitnya ya itu-itu saja. Demam, flu,
atau sakit ringan lainnya, yang sejatinya bisa sembuh hanya dengan istirahat
yang cukup. Ternyata, anak sengaja merasa sakit, agar dirinya bisa mendapat
pelayanan dari kedua orang tuanya.
Saat
anak sakit, orang tua umumnya ‘terpaksa’ izin tidak bekerja, tidak masuk
kantor. Otomatis, sehari penuh anak mendapat perhatian dari kedua orang tuanya.
Dari mulai disuapi makanan, hingga apa pun permintaan akan dipenuhi saat sakit.
Karena itu, anak-anak yang selama ini kurang mendapat kasih sayang, lebih
senang ketika dia dalam kondisi sakit. Itulah saat-saat dia merasakan limpahan
kasih sayang, tidak hanya dari kedua orang tuanya, tapi juga dari semua
kerabatnya.
Jangan
heran jika ada anak yang memiliki jadwal sakit. Sebulan sekali, atau dua bulan
sekali, pasti sakit. Itu sudah tertanam di pikiran bawah sadarnya, bahwa sakit
itu sengaja muncul agar kembali mendapatkan kasih sayang dari kedua orang
tuanya.
Karena
itu, mendidik anak memerlukan keseriusan. Tidak hanya sekadar memenuhi
kebutuhannya secara materi. Lebih dari itu, berikan kasih sayang melalui lima
bahasa cinta dengan tatapan mata yang tulus dan penuh empati.
Bagaimana menurut
Anda?
Post a Comment