Minggu
lalu, seorang wanita usia 40 tahun, mahasiswi program pascasarjana di salah
satu perguruan tinggi di Kaltim ini menghubungi saya melalui media sosial.
“Pak
Endro, saya mahasiswa S2 suatu perguruan tinggi di Kaltim. Saya sudah menerima
peringatan DO (drop out) jika dalam enam bulan ke depan tidak menyelesaikan
tesis saya. Secara akademik, ngga ada masalah. IPK (indeks prestasi komulatif)
saya tinggi. Tapi saya merasa tidak mampu duduk diam dan menulis tesis. Saya
punya ribuan alasan untuk tidak melakukannya. Entah kenapa, selalu saja ada hal
lain yang mengalihkan perhatian saya dan akhirnya sama sekali tak menyentuh
tesis saya,” bebernya melalui WhatsApp.
“Ini
sebenarnya bukan kejadian pertama. Dulu waktu saya menempuh pendidikan S1 juga
hampir DO karena masalah yang sama,” sambungnya lagi.
Klien
ini kemudian menjelaskan, dirinya termasuk pribadi yang disiplin dan pekerja
keras, namun anehnya untuk duduk tenang dan mengerjakan tesis, sangatlah sulit.
“Saya
sebenarnya agak ragu mau menjalani sesi hipnoterapi ini. Tapi saya ingin
menyelesaikan tesis saya. Saya merasa ada yang salah dengan diri saya, tapi
saya sendiri tidak tahu apa masalahnya,” ujarnya kemudian.
Ibu
ini menyampaikan, sempat beberapa lama berselancar di internet untuk mencari solusi
atas masalahnya, hingga akhirnya mendarat di laman saya www.endrosefendi.com
dan memberanikan diri untuk menjalani sesi hipnoterapi.
Beruntung,
setelah menghubungi saya, ada calon klien yang membatalkan janjinya karena ada
keperluan lain. Jadwal ini pula yang saya tawarkan kepada ibu ini, dan langsung
bersedia. “Lebih cepat lebih baik,” ujarnya.
Keesokan
harinya, sesuai janji yang sudah disepakati, klien ini tiba di kediaman saya dengan
membawa serta formulir yang sudah diisi. Formulir terapi ini memang sudah saya
kirim sebelumnya melalui surat elektronik, sehingga klien bisa lebih leluasa
mengisi di rumah.
Sesuai
protokol Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology (AWGI), lembaga tempat
saya bernaung, saya memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada klien ini
mengenai proses hipnoterapi. Dari mulai apa saja syarat untuk menjalani sesi
terapi, arahan dan bimbingan yang harus dijalani klien, hingga teori tungku
mental serta teori tentang kedalaman pikiran bawah sadar. Penjelasan lain yang
tak kalah pentingnya adalah tentang hipnoterapi itu sendiri. Hal lain adalah,
klien berkomitmen mau menjalani empat kali sesi terapi, jika diperlukan. Namun
jika sesi pertama langsung klir dan tuntas, maka sesi kedua hingga keempat,
tentu tidak diperlukan lagi.
Setelah
mendapat penjelasan, klien pun merasa yakin dan siap menjalani sesi terapi. Di ruang
terapi, proses penggalian informasi awal pun dilakukan sesuai dengan masalah
yang ingin diatasi, yakni tidak fokus saat mengerjakan tesis. Dari formulir
yang sudah diisi, beberapa data penting adalah soal emosi yang cukup tinggi
yakni marah, kecewa, terluka, dendam, sakit hati, tersinggung, benci, dan frustasi.
Semua emosi ini skalanya maksimal. Klien mengaku sangat stres dengan kondisi dikejar
deadline harus menyelesaikan tesisnya. Sensasi fisik pun dirasakan klien akibat
masalah ini, yakni leher belakang kaku dan kram atau kaku pada tangan dan
persendian.
Setelah
informasi yang disampaikan dirasakan cukup, klien pun dibimbing untuk masuk ke
kondisi relaksasi yang dalam dan menyenangkan. Tidak ada hambatan saat proses
relaksasi ini. Dengan mudah klien selanjutnya dibimbing memasuki kedalaman
pikiran bawah sadar yang presisi untuk proses terapi.
Begitu
masuk pada kondisi kedalaman yang tepat itulah, proses hipnoanalisis dilakukan.
Ternyata, ada beberapa kejadian di masa lalu yang menyebabkan klien enggan
mengerjakan tesisnya. Di antaranya ketika klien berusia 10 tahun, saat belajar
matematikan bersama ibunya. Klien kena marah ibunya karena tidak bisa
mengerjakan soal matematika. Penyebab lain adalah ayahnya tidak pernah memuji
meski klien selalu bisa meraih prestasi yang cukup baik.
Namun,
akar masalah yang paling utama adalah ketika klien berusia 7 tahun. Pagi hari itu
sebelum sekolah, klien sedang mengerjakan PR ditemani ayahnya. Klien dimarahi
oleh ayahnya karena tidak bisa menulis huruf hijaiyah dengan benar.
Sempat
dilakukan konfirmasi ulang pada pikiran bawah sadar, untuk memastikan bahwa
masalah itulah yang menjadi akar masalah yang dialami klien. Konfirmasi tuntas,
dan ternyata kejadian di usia 7 tahun itulah penyebab awalnya.
Proses
restrukturisasi pun dilakukan. Dengan bimbingan dan arahan yang diberikan,
klien membuang semua emosi tersebut dengan nyaman hingga klien merasa lega dan
plong. Proses pengujian hasil terapi dilakukan, klien pun merasa tetap lega dan
nyaman. Kemudian klien dibimbing keluar dari kondisi relaksasi, dan tetap
merasa nyaman dan tidak ada beban sama sekali.
Tadi,
menjelang salat isya, klien coba dikonfirmasi kembali, dan menyampaikan bahwa
kondisinya sangat nyaman dan saat ini sedang bersemangat mengerjakan tesisnya
sesuai tenggat waktu yang diberikan.
Selamat
mengerjakan tesisnya dengan mudah dan nyaman ya bu. Semoga hasilnya memuaskan
dan bisa lulus dengan nilai maksimal. Terima kasih pula atas izin yang
diberikan untuk membagikan kisah terapi ini, sebagai edukasi untuk masyarakat
luas.
Demikianlah
kenyataannya. (*)
Post a Comment