Bagi
masyarakat awam, umumnya menganggap hipnoterapi semuanya sama. Asal mendengar
kata hipnoterapi, dianggap seluruhnya menggunakan metode yang sama. Padahal,
dalam dunia hipnoterapi ada dua mazhab besar, yakni mashab pantai Timur dan
mazhab pantai Barat.
Lantas,
di mana perbedaan dari kedua mazhab ini? Perbedaannya adalah dari metode yang
digunakan saat proses hipnoterapi. Mazhab pantai Timur mengandalkan sugesti,
sedangkan mazhab pantai Barat lebih mengandalkan prosedur hipnoanalisis serta
restrukturisasi.
Nah,
mazhab yang berbeda inilah yang kemudian membedakan hasil dari terapi yang
dilakukan menggunakan metode hipnoterapi. Untuk kasus tertentu yang ringan,
metode sugesti bisa saja bisa mengatasi masalah. Namun, untuk masalah yang
berhubungan dengan emosi bahkan trauma atas masa lalu, sugesti saja tidak akan
cukup. Kenapa? Karena belum menjangkau akar dari masalah. Untuk itu, yang
diperlukan tidak sekadar sugesti namun perlu juga mencabut akar masalah hingga
menghapus trauma di masa lalunya.
Itulah
kenapa, di Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology (AWGI), kami para
hipnoterapis dibekali banyak teknik hipnoanalisis termasuk restrukturisasi
untuk menjangkau akar masalah. Dengan demikian sudah jelas jika hipnoterapis
AWGI menggunakan mazhab pantai Barat. Tidak semata sugesti tapi mengedepankan
hipnoanalisis dan restrukturisasi.
Jangan
heran jika kemudian durasi yang diperlukan saat hipnoterapi bahkan bisa
mencapai lebih dari 2 jam. Saya misalnya, pernah melakukan terapi dengan
memakan waktu hingga 5 jam. Terbayang berapa banyak energi yang harus saya
keluarkan. Beruntung, di AWGI juga kami dibekali teknik pemulihan energi
sehingga bisa kembali fit.
Karena
durasi hipnoanalisis yang cukup lama ini pula, para hipnoterapis AWGI dalam
satu hari tidak banyak menerima klien. Saya misalnya, maksimal hanya bisa dua
klien. Kenapa? Karena ingin fokus membantu klien benar-benar menuntaskan
masalahnya. Tidak terpaku pada waktu yang sudah dialokasikan.
Itu
sebabnya, rasanya aneh jika mendengar ada hipnoterapis yang melakukan terapi
hanya dipatok waktu 1 jam. Selesai atau tidak, klien langsung ‘dibangunkan’ dan
terapi akan dilanjutkan di sesi berikutnya. Kenapa? Karena sang terapis sudah
ada janji pada klien lain. Tak heran jika sehari bisa menerima klien lebih dari
5 orang.
“Saya
sudah pernah hipnoterapi sampai 8 kali, tapi hasilnya tidak maksimal,” sebut
klien yang akhirnya beralih ke saya, setelah sebelumnya ditangani hipnoterapis
lembaga lain. Karena itu tadi, durasi waktunya sangat terbatas.
Itu
sebabnya, AWGI punya standar yang benar-benar tegas dan terukur sekaligus fokus
untuk memberikan kesembuhan pada klien. Untuk satu masalah yang sama, kami
hanya diperbolehkan menangani maksimal sebanyak 4 kali terapi. Lebih dari itu,
dipersilakan klien mencari terapis lain. Dengan komitmen ini, baik terapis
maupun klien harus benar-benar serius menuntaskan masalahnya.
Namun
dari hasil terapi yang dilakukan para terapis alumni AWGI, sangat jarang ada
yang sampai perlu 4 kali terapi. Paling sering cukup sekali atau dua kali
terapi sudah tuntas. Namun semua bergantung pada klien itu sendiri, karena
hipnoterapis tidak diperkenankan menjanjikan kesembuhan. Semua yang dilakukan
adalah kontrak upaya, bukan kontrak hasil.
Demikianlah
kenyataannya. (*)
Post a Comment