Semakin hari, dunia mind
technology alias teknologi pikiran memang semakin menarik untuk diselami.
Ibarat minum air laut, semakin diminum semakin haus. Begitu pula saat
mempelajari ilmu satu ini, semakin ditelusuri, semakin terasa bahwa saya hanya
manusia bodoh yang belum tahu apa-apa. Makin terasa pula, sebagai manusia, begitu
terasa kecil dibandingkan semesta alam yang ada ini.
Meski sangat kecil dibandingkan jagat raya ini, namun
jangan lupa, manusia diciptakan sebagai produk yang sangat sempurna
dibandingkan ciptaan Allah lainnya. Maka wajar pula jika keberlangsungan
semesta alam ini, digantungkan pada tingkah polah manusia. Jika manusianya
baik, maka akan baik pula semesta ini. Sebaliknya, jika manusia berperilaku
merusak, maka semakin cepat pula alam jagad ini menuju kepunahan.
Selanjutnya, baik buruknya perilaku manusia, bergantung
dari pola pikirnya. Jika bicara soal pikiran, ini menyangkut emosi, perasaan,
atau biasanya disebut hati atau kalbu. Jika pola pikirnya baik, maka
perilakunya akan baik. Jika perilakunya baik, maka hasil yang didapatkan juga
pasti baik. Pada akhirnya, kebaikan pula yang akan selalu menyertai dalam
kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, jika pola pikirnya negatif, maka yang akan
muncul hanyalah keburukan dan hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya.
Itu sebabnya, poin utama agar hidup bisa tenang dan
nyaman adalah, bagaimana hati dan pikiran selalu positif. Sebab semua
ditentukan oleh pikiran. Pikiran memang maha dahsyat. Dengan pikiran seseorang
bisa menarik impian dengan mudah. Dengan pikiran pula, manusia bisa
menyembuhkan tubuhnya sendiri dengan baik. Namun ingat, pikiran di balik
dahsyatnya pikiran itu, sang penciptanya tentu jauh lebih dahsyat lagi.
Sehebat-hebatnya mobil, bukankah masih lebih hebat yang
menciptakannya? Begitu pula sehebat-hebatnya otak dan pikiran manusia, jelas
lebih hebat lagi yang menciptakannya. Maka dari itu, memahami teknologi pikiran
ditambah pemahaman atas penciptanya, tentu akan menjadikannya semakin dahsyat.
Ibarat barang, misalnya computer, saat dibeli tentu
dibekali dengan buku petunjuk penggunaannya. Begitu pula dengan barang lain
seperti telepon pintar, televisi, mobil, hingga barang apa pun itu. Semua pasti
dilengkapi dengan petunjuknya.
Demikian juga manusia, ketika diciptakan, tentu oleh
sang penciptanya sudah dilengkapi buku petunjuk penggunaannya. Buku petunjuk
itu menjadi hal penting, agar ketika sewaktu-waktu terjadi kerusakan atau
gangguan, maka tidak perlu bingung mencari solusi dan tahu kemana harus
memperbaikinya.
Agar pikiran bisa dipergunakan dengan baik, ikutilah
petunjuk yang sudah dipersiapkan yang pencipta, yakni kitab suci. Allah sudah
menciptakan manusia lengkap dengan buku petunjuknya Alquran. Maka sangat
disayangkan jika buku petunjuk ini tidak dipelajari dan dikaji secara mendalam.
Saat mempelajari Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy
(SECH) di Adi W. Gunawan, perlahan-lahan, saya kulik juga di buku petunjuk
milik Allah. Harus diakui, semua memang sudah ada di buku petunjuk itu. Hanya
selama ini, tidak banyak yang mampu menjabarkan. Maka ini pula yang membuat diri
semakin haus. Setiap kali mendengarkan ceramah agama, tak sedikit materi yang
disampaikan itu ternyata juga dipelajari di kelas SECH, tentunya dengan
penjelasan yang lebih logis dan ilmiah.
Tak heran jika Allah pertama kali menurunkan ayat Iqra
alias bacalah. Sang Pencipta memberikan pesan agar manusia mau ‘membaca’ alias
belajar apa saja, yang ada di muka bumi ini.
Maka, ayo terus belajar dan belajar. Tak usah dilihat,
siapa yang menyampaikan materi dan pembelajarannya. Yang penting apa yang
disampaikan memang baik dan bermanfaat.
Abaikan jika di sekeliling ada yang merasa sok penting
bahkan suka nyinyir. Biarkan dia hidup dengan pola pikir negatifnya. Fokuslah
mendongkrak diri sendiri lebih positif. Pastikan, tidak pernah melewatkan
sapaan sinar mentari di pagi hari, agar rezeki terus mengalir tiada henti.
Demikianlah kenyataannya. (*)
Luar biasa
ReplyDelete