Bagi sebagian orang, tidaklah
mudah menghapus memori atau melupakan seseorang yang sebelumnya pernah mengisi
ruang hatinya. Namun itu bukan alasan untuk tidak bisa ‘move on’ dari
kekecewaan, kemudian membuka hati bagi yang lain. Yang jelas, jika tidak segera
dilakukan pembersihan hati, pihak yang dirugikan justru diri sendiri. Haruskah
selalu hidup dalam bayang-bayang masa lalu?
Lantas bagaimana
caranya ‘move on’? Jawabannya memang gampang-gampang susah, atau susah-susah
gampang. Yang pasti, bisa dilakukan. Sebelum membahas bagaimana caranya, perlu
dipahami dulu, bagaimana cara kerja pikiran terkait masalah ini.
Begini. Di dalam diri
setiap manusia, sejatinya terbagi dalam banyak ego personality (EP) alias bagian diri. Ketika, seseorang menjalin
hubungan dengan orang lain, apalagi hubungan yang sangat serius melibatkan emosi
dan perasaan, maka otomatis akan terbentuk bagian diri baru dalam diri
seseorang itu. Sebut saja bagian diri ‘pacar’, meski sejatinya di dalam Islam,
tidak dikenal istilah ini. Saya menggunakan kata ‘pacar’ hanya untuk memudahkan
saja.
Sebelum menjalin
hubungan serius, bagian diri ‘pacar’ ini pun belum ada. Begitu mengenal lawan
jenis dan kemudian tumbuh benih-benih perasaan dan emosi, maka secara perlahan,
EP pacar ini terbentuk. Secara otomatis pula, setiap kali ketemu dengan orang spesial
tersebut, bagian diri ‘pacar’ ini langsung aktif. Bagian diri ini seketika
memegang kendali atas seluruh diri Anda sepenuhnya. Bagian diri yang lain, tetap
aktif, namun tidak lagi dominan.
Sebagai contoh,
ketika bagian diri ‘pacar’ sedang aktif dan ‘mulai nakal’, secara otomatis ada
bagian diri lainnya yang langsung mengingatkan untuk tidak boleh melakukan
hal-hal yang dilarang agama. Tetapi, umumnya bagian diri yang mengingatkan ini berpotensi
kalah dan dominasi kendali tetap dipegang oleh ‘pacar’. Inilah yang menyebabkan
keduanya bisa ‘kebablasan’.
Kembali ke bagian
diri ‘pacar’ tadi. Jika kemudian terjadi putus cinta alias patah hati, maka
bagian diri ‘pacar’ ini pula yang seketika aktif dan merasa sakit. Bagian diri
ini otomatis mempengaruhi semua bagian tubuh yang lain. Akibatnya diri Anda
menjadi kurang semangat, tidak nafsu makan, selalu terbayang dengan wajah sang
mantan, hingga malas belajar. Semua itu hasil pekerjaan ‘pacar’. Meski ada
bagian diri lain mencoba mengingatkan, selalu saja tidak mempan. Kondisi inilah
yang disebut gagal ‘move on’.
Lantas bagaimana
solusinya? Solusi pertama, agar bagian diri ‘pacar’ tidak selalu dominan, perlu
diberikan porsi lebih besar pada bagian diri yang memegang kendali atas agama.
Bagian diri ini selalu ada dalam diri setiap orang. Namun selama ini, kurang
diberikan kesempatan untuk memegang kendali atas diri individu itu sendiri.
Maka mulai saat ini, awali
dengan meluruskan niat. Menjalin hubungan karena Allah, serta mengharap berkah
dan rida dari Allah. Dengan cara ini, maka secara tidak langsung memberikan
porsi lebih besar pada bagian diri yang mengurusi persoalan agama. Jika sudah
terlanjur punya kekasih atau menjalin hubungan dengan orang lain, tidak
masalah. Mari perbaiki niat dari hubungan itu hanya karena Allah, dan jadikan
hubungan itu menjadi taaruf, guna mengenal satu sama lain.
Yakinlah, melalui
cara ini, ketika terjadi sesuatu, bagian diri agama akan langsung melindungi
seluruh bagian diri lain agar tidak terpengaruh lebih parah. Bagian diri ‘pacar’
pun pasti akan tunduk akan perintah bagian diri agama, sehingga tetap mampu
mengendalikan dirinya.
Dengan begitu, bagian
diri ‘pacar’ pasti tidak terlalu sakit hati karena semua pasti sudah menjadi
ketentuan Allah. Bagian diri ‘pacar’ pun pasti merasa yakin ada hikmah di balik
perpisahan yang terjadi.
Teorinya sih gampang.
Tapi kenyataannya kan susah? Ya itu karena tidak pernah mencobanya. Silakan
coba berkomunikasi dengan bagian diri Anda, dan temukan jawabannya. Pasti setuju
dengan yang telah dibaca saat ini.
Bagaimana kalau rasa
sakit hati sudah terlanjur mendarah daging? Maka kita coba solusi kedua. Caranya,
dengan menumpahkan semua emosi atau perasaan tidak nyaman itu melalui tulisan.
Kedengarannya sepele, namun faktanya, cara ini sudah banyak membantu orang yang
galau dan sakit hati akibat hubungan yang kandas.
Kembali aktifkan
bagian diri ‘pacar’. Setelah itu, ambil kertas putih polos. Lalu, tumpahkan
semua emosi dan perasaan yang muncul dengan tulisan tangan. Silakan melakukan
sumpah serapah, bahkan sangat diperbolehkan menyebutkan isi kebun binatang,
hingga menyebut kalimat paling kasar sekali pun. Pendek kata, ini momen untuk
menumpahkan segenap perasaan melalui tulisan.
Jika satu halaman
sudah penuh, jangan ditulis di baliknya. Ambil kertas baru, dan tulis lagi
semua perasaan Anda. Begitu seterusnya. Jika kemudian semua perasaan sudah
habis, tidak ada lagi yang ingin dituliskan, maka beri kalimat positif untuk
diri Anda sendiri. Bisa berupa kalimat doa seperti ‘semoga aku bahagia’, atau sejenisnya.
Ingat, jangan pernah
memberikan kertas yang berisi tulisan ini pada mantan Anda. Tapi, segera bakar kertas
tersebut sampai habis. Jangan ada tersisa sedikit pun. Kemudian, silakan tarik
nafas panjang dan dalam dari hidung, dan embuskan perlahan melalui mulut.
Lakukan tiga kali. Rasakan kelegaan yang luar biasa, dan endapan ‘sampah’ di
dalam diri Anda dijamin sudah terbuang.
Sekarang, keputusan
untuk ‘move on’ atau tidak, ada di tangan Anda.
Selamat mencoba!
Post a Comment