Belum
lama ini, saya mendapatkan pesan pendek dari seorang ibu di Jawa Barat. Sebut saja
namanya ibu Ani. Dia mengeluhkan kondisi anaknya berusia 3 tahun yang sulit
makan. Bahkan, sudah sempat masuk rumah sakit beberapa kali gara-gara si anak
tidak mau makan. Akibatnya, ibunya semakin panik dan bingung. “Bagaimana ya
pak? Saya sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa?” tanyanya.
Apa
yang dialami ibu Ani, lumrah terjadi. Ada saja anak yang enggan makan atau
malas makan. Padahal boleh jadi anak bukannya malas makan, tapi memang belum
lapar. Orang tua terkadang menggunakan ‘alarm’ lapar miliknya, bukan menggunakan
‘alarm’ lapar dari anaknya. Anak enggan
makan bukan berarti tidak suka, boleh jadi memang ‘alarm’ lapar anak belum
berbunyi. Atau bisa juga enggan dengan tekstur makanan tertentu.
Secara
alamiah, anak pasti memiliki rasa lapar. Jika sudah terasa lapar, tentu dia
akan meminta makanan. Baik dalam bentuk padat atau cair. Lantas bagaimana jika
anak enggan makan? Nah boleh jadi orang tua sendiri yang menjadi penyebabnya. Berikut
beberapa hal yang boleh jadi merupakan penyebab anak enggan makan.
Tidak Menyenangkan
Bagi
anak, boleh jadi makan adalah ritual yang tidak menyenangkan. Kenapa? Karena
orang tua atau pengasuh, menjadikan proses makan adalah proses wajib. Coba perhatikan,
tak sedikit ada anak yang langsung lari ketakutan atau menghindar ketika
mendapati orang tuanya atau pengasuhnya membawa piring atau mangkok makanan.
Jika sudah seperti itu, boleh jadi selama ini proses makan bukan lagi ritual
menyenangkan bagi anak.
Belum
lagi jika ada teriakan atau omelan. Hal itu akan membuat pikiran bawah sadar
anak merekam peristiwa makan sebagai kejadian yang tidak patut diulang, dan
hanya akan membuat rasa tidak nyaman semakin kuat dan meningkat.
Seiring
waktu, anak memang akan mulai memberikan emosi dan perasaan pada setiap
makanan. Rasa suka dan tidak suka akan tertanam di pikiran bawah sadarnya. Ada
baiknya berilah muatan emosi menyenangkan pada proses makan pada anak.
Jangan
sampai frustrasi dan kebingungan mencari cara dalam mengatasi anak susah makan.
Yang perlu diatasi dulu adalah kedua orang tuanya, harus tetap tenang dan
nyaman. Sebab biasanya, ketika si kecil terus menolak melahap makanan, suasana
bisa berubah menjadi tegang. Akibatnya anak merasa “dipaksa” menyantap makanan
yang tidak ia suka. Sementara orang tua khawatir anak kekurangan nutrisi akibat
pilih-pilih makanan. Bila sudah begini, aktivitas makan pun menjadi tidak
menyenangkan lagi, dan justru penuh tekanan.
Sekali
lagi, hindari memaksa saat proses makan. Apalagi sampai ada bentakan atau amarah.
Jadikan ritual makan selalu menyenangkan. Orang tua harus tenang dan nyaman
saat mengajak anak makan. Memaksa anak makan makanan yang tidak ia sukai hanya
akan meninggalkan trauma tentang makanan.
Tak Harus Nasi
Para
orang tua, terutama pasangan muda, langsung panik dan merasa khawatir
berlebihan ketika anaknya tidak mau makan. Apalagi jika anaknya tidak mau makan
nasi. Padahal nasi bukanlah makanan utama yang wajib masuk ke perut anak. Coba
perhatikan di negara lain, makanan utamanya bukan nasi, dan anak-anak pun tetap
sehat tanpa nasi. Yang penting itu kandungan karbohidrat terpenuhi, bukan
nasinya.
Adalah
benar menurut pakar gizi, kebutuhan nutrisi yang mesti dipenuhi anak-anak yakni
55 sampai 60 persen karbohidrat, 15 persen protein, 30 persen lemak, dan
sisanya makronutrien. Untuk bentuk karbohidratnya seperti apa, disesuaikan lagi
dengan selera si anak.
Masih
ada kentang atau sumber karbohidrat lainnya yang bisa jadi alternatif. Yang dikhawatirkan
adalah, ketika selalu dipaksa makan nasi, anak menjadi trauma lebih parah dan
berkepanjangan. Inilah yang kemudian kerap saya jumpai di ruang praktik. Anak tidak
mau makan nasi karena trauma.
Jadi,
ketika anak tidak mau makan nasi, orang tua sebaiknya tetap tenang dan nyaman.
Jangan malah memaksa, apalagi sampai mengejar anak bahkan dengan ancaman.
Maksimal 30 Menit
Waktu
makan untuk anak sebaiknya tidak terlalu lama. Maksimal 30 menit. Ketika sudah
tidak mau ya sudah. Jangan sampai ritual makan menjadi ritual yang membosankan
dan tidak menyenangkan bagi anak.
Jika
anak terus dikasih makan, apalagi proses menyuap makanan sampai berjam-jam,
ditambah lagi nanti diberi susu dua jam kemudian, anak akhirnya kehilangan ‘alarm’
lapar dan tidak kenal lagi rasa lapar. Ini tentu sangat kurang baik untuk tumbuh
kembangnya.
Perlu Kreativitas
Sesekali
menyajikan cemilan atau makanan kecil untuk anak juga sangat baik. Dengan demikian
anak akan tahu bahwa ada tersedia makanan di meja makan. Saat dia lapar, dia
jadi punya pilihan dan bisa meminta menu apa yang dia suka.
Kreatif
dengan menu dalam bentuk dan warna akan membuat anak merasa penasaran, ini yang
penting. Sehingga anak memiliki kesan yang baik pada makanan. Anak akan
menganggap makan sebagai aktivitas menyenangkan. Ia akan menanti makanan
seperti apa yang akan dihidangkan.
Memberikan
makanan anak tidak harus langsung dalam porsi besar. Pikiran bawah sadarnya
tentu akan merasa ‘tertekan’ ketika melihat tumpukan makanan yang banyak. Berilah
porsi kecil, dan bisa ditambah jika memang diperlukan.
Alat
makan yang unik dan lucu juga bisa menjadi penarik misalnya bergambar karakter
favorit atau berwarna cerah sesuai kesukaannya.
Atasi dengan Hypnosleep
Lalu
bagaimana cara mengatasinya? Selain tetap nyaman dan tenang, cobalah
menggunakan metode hypnosleep alias hipnosis menjelang tidur pada anak. Saat
anak mau tidur malam, ketika matanya mulai kriyep-kriyep, usap tubuh atau
kepalanya dengan lembut, kemudian ucapkan kalimat sugesti sebanyak 15 kali
dengan singkat padat dan jelas.
Misalnya:
“Makan itu sehat dan menyenangkan”. Sugestikan
hal itu setiap malam menjelang tidur. Ini salah satu cara mengubah program di
pikiran bawah sadar anak bahwa makanan memang diperlukan dan menyenangkan.
Metode Hipnoterapi Klinis
Jika
anak sudah beranjak dewasa, misalnya sudah duduk di sekolah dasar, bahkan
hingga SMP atau SMA tapi takut atau trauma dengan makanan tertentu, ada baiknya
memerlukan bantuan hipnoterapis klinis. Dengan bantuan hipnoterapis, hal-hal
yang menjadi penyebab anak enggan makan bisa diatasi atau dicabut.
Semoga
bermanfaat.
Post a Comment