HYPNO NEWS

Tuesday, November 10, 2015

Berat Badan Turun 12 Kg, Gara-gara Ini

"Mas Endro sakit kah?" begitu pertanyaan yang akhir-akhir ini langsung dilontarkan teman atau sahabat, terutama oleh mereka yang jarang bertemu. Biasanya saya hanya menggeleng sembari tersenyum, sekaligus memastikan bahwa saya baik-baik saja. "Sengaja diet? Bagi dong resepnya," demikian response selanjutnya, ketika saya menjawab sengaja menurunkan berat badan demi kesehatan.


Ya, medio 2 Mei 2015 lalu, iseng saya menimbang badan di arena wisata belanja, Lapangan Pemuda Tanjung Redeb. Stan yang menawarkan produk nutrisi itu memang memberikan layanan memeriksa berat badan secara cuma-cuma. Tak hanya berat badan, melalui timbangan digital khusus itu juga bisa mengetahui lemak tubuh, kadar air, massa otot, lemak perut, laju metabolisme, kepadatan tulang, hingga ideal atau tidaknya berat badan seseorang. Bahkan usia sel juga bisa diketahui.

Setelah tinggi badan saya diukur, termasuk ditanya soal umur, saya pun naik ke atas timbangan tersebut. Timbangan digital itu menunjukkan angka pas 70 kilogram yang menjadi berat badan saya. Yang mengejutkan adalah kadar lemak tubuh saat itu muncul angka 26,3 persen, melebihi batas maksimal 20 persen.Lemak perut juga berada di skala 13. Angka ini termasuk cukup tinggi, di luar batas sehat dan berisiko terkena penyakit diabetes, jantung, dan teman-temannya. Lemak perut yang bisa dikatakan sehat maksimal di skala 5.

Sementara kadar air juga kurang, hanya 54 persen, dari angka seharusnya minimal 60 persen. Itu menunjukkan saya memang kurang mengonsumsi air putih. Skala fisik ketika itu juga di angka 3, yang artinya masuk kategori gemuk berotot.Selanjutnya, kebutuhan kalori harian tercatat 1.943 kalori. Agar bisa menurunkan berat badan, maka saya harus mengurangi asupan kalori, agar tidak lebih dari angka tersebut.

Yang lebih mengejutkan lagi, usia sel saya tercatat 48 tahun, alias lebih tua 12 tahun dari usia saya sebenarnya, 36 tahun. Pendek kata, hasil penimbangan itu betul-betul membuat saya langsung sadar, ada yang salah dalam pola hidup saya selama ini.

Tak puas dengan kadar lemak, saya pun sengaja tes kadar kolesterol dalam darah. Hasilnya juga setali tiga uang, kadar kolesterol melebihi batas normal, di atas angka 200. Berapa lebihnya? Pokoknya di atas normal lah, malu saya menyebut angkanya, he he he.

Ya selama lebih dari 15 tahun menjalani profesi sebagai wartawan, harus diakui sangat abai dalam hal pola makan. Prinsipnya, apa saja dimakan yang penting nikmat di mulut. Apalagi kalau sudah mendapat undangan liputan di hotel atau restoran, bisa dipastikan makanan nikmat selalu tersaji setiap saat. Begadang adalah rutinitas yang dianggap sangat lumrah. Kerja dari pagi sampai larut malam, tak kenal waktu. Masih untung manajemen Kaltim Post melarang wartawannya merokok, sehingga setidaknya saluran pernafasan saya tidak ikutan terancam.  

Tahu campur, soto makassar, soto kikil, soto madura, kambing guling, sate kambing, gule kambing, adalah sebagian dari banyak makanan nikmat yang selalu saya santap. Pendek kata, tak ada pantangan . Mumpung masih muda, hidup harus dinikmati. Begitu kata hawa nafsu seolah berhasil memenangkan diri.

Saat ditugaskan manajemen Kaltim Post Group mendirikan Berau Post hingga saat ini, godaannya berbeda lagi. Apalagi kalau bukan penjual gorengan yang selalumenggoda selera. Di rumah sewa di kawasan Durian III Tanjung Redeb, yang menjadi kantor pertama Berau Post, di depannya selalu ada pedagang gorengan. 

Setiap sore, gorengan seolah menjadi menu wajib. Begitu juga setiap kali melintasi kawasan Lapangan Pemuda Tanjung Redeb, rem mobil seperti terinjak otomatis. Mobil seketika berhenti dan selalu mampir menikmati gorengan yang ada di kawasan itu. Ada sosis, telur puyuh, cireng, hati dan ampela ayam, hingga nugget ayam. Pokoknya kalau sudah makan gorengan ini, lupa diri. Enaknya maknyus.

Tak mau larut dalam kebiasaan yang merusak tubuh sendiri, saat itu juga saya memutuskan untuk diet, memperbaiki pola makan yang sudah berlangsung puluhan tahun itu. Minggu pertama, hanya sarapan pagi dengan oat. Begitu pula saat makan malam. Sementara saat siang, tetap makan seperti biasa. Sepekan berselang, coba lagi menimbang berat badan. Hasilnya menggembirakan, turun 3 kilogram. Hasil ini membuat diri semakin semangat memperbaiki kondisi badan yang selama ini selalu diisi ‘sampah’ demi memenuhi kebutuhan mulut, bukan kebutuhan tubuh.

Saya pun mencoba variasi dengan minum nutrisi pagi dan malam hari. Tapi ini tidak rutin, sebagai variasi saja. Sebab saya tahu, salah satu yang menyebabkan diet gagal adalah rasa bosan. Karena itu saya tidak mau fokus pada satu cara, sengajasaya kombinasikan agar lebih variatif. Sesekali saya juga sengaja puasa. Apalagi saat Ramadan tadi, sengaja saya hanya makan satu kali, saat malam hari. Saat sahur, cukup segelas teh dan tiga butir kurma. Ternyata juga bisa bertahan sampai buka puasa.

Yang paling utama, saya menggunakan teknik hipno-EFT, teknik gabungan hipnoterapi dengan emotional freedom technique. Ya teknik melepas emosi dengan gabungan hipnoterapi itu saya dapat ketika mengikuti pelatihan Quantum Life Transformation (QLT) di Tretes, Pasuruan - Jawa Timur. Teknik itu sebenarnya diajarkan untuk menghilangkan phobia atau rasa takut terhadap sesuatu, juga untuk melepas emosi negatif. 

Nah, teknik ini pula yang saya pakai untuk menghilangkan rasa suka terhadap makanan-makanan penyebab lemak. Hasilnya memang luar biasa. Seketika saya tidak lagi suka terhadap gorengan seperti sosis dan sejenisnya. Rasa suka terhadap makanan berlemak lainnya pun saya turunkan ke level rendah. Sebaliknya, jika dulu tidak suka makan sayuran, kini saya tingkatkan angkanya hingga level tertinggi.

Dua bulan berselang, Juli tadi, saya kembali menimbang di salah satu gerai nutrisi yang ada di Kota Sanggam ini. Berat badan saya kini hanya 58 kilogram. Praktis rontok sebanyak 12 kilogram, dibandingkan Mei lalu. Kadar lemak pun kini hanya 16,2 persen, di bawah dari angka maksimal 20 persen. Menurut beberapa kawan, menurunkan kadar lemak sebanyak 10 persen bukanlah perkara mudah. Kadar air juga sudah normal, di atas 60 persen.

Rating fisik kini juga berada di skala 5, alias berada di posisi standar atau normal. Kebutuhan kalori harian saya juga turun menjadi 1.342 kalori. Yang menggembirakan adalah usia sel saya kini 24 tahun, padahal usia sesungguhnya saat ini 36 tahun. Terakhir, skala perut yang sebelumnya cukup tinggi di angka 13, kini berada di skala 7. Masih perlu usaha sedikit lagi agar berada di skala normal 5. Begitu juga saat mengukur kadar kolesterol, sudah turun drastis, berada di kisaran normal.

Akibatnya, saya pun harus ke penjahit mengecilkan semua celana panjang yang saya miliki, karena lingkar perutnya sudah menyusut. Ya walau ada yang mengatakan saya seperti orang yang baru sembuh dari sakit, justru saat ini saya merasa sangat sehat. Jika dulu terasa mudah lelah, kini jadi lebih semangat dan terasa semakin bugar. Apa pun, ideal memang lebih nyaman dibandingkan dengan berlebihan.

Mengubah pola makan didahului dengan mengubah pola pikir memang sangat efektif dalam menjalani diet. Tidak ada perasaan terpaksa atau tertekan. Semua dijalani dengan menyenangkan dan nyaman. Umumnya diet gagal, karena sulit mengendalikan nafsu suka terhadap makanan tertentu. 

Karena itu izinkan saya mengambil kesimpulan, silakan diet memakai metode apa pun, tapi benahi dulu pola pikirnya. Sebab, kalau rasa suka terhadap makanan tertentu sudah berkurang, bahkan bisa dihilangkan, maka diet pun lancar tanpa ada godaan. (*)

Share this:

1 comment :

  1. Setuju banget, diawali dari mengubah pola pikir supaya bisa mengubah pola makan ya mas:)

    ReplyDelete

 
Copyright © 2014 Hipnoterapi Endro S. Efendi, CHt, CT, CPS.. Designed by OddThemes