Cerdas
secara intelektual saja belum cukup menjadi bekal bagi anak-anak. Lebih dari
itu, kecerdasan emosional, terlebih spiritual, memegang peranan penting dalam menentukan
kesuksesan anak di masa mendatang. Semua orang tua di muka bumi ini pasti ingin
melihat anaknya sukses. Tidak ada kebahagiaan lebih, kecuali bisa lihat anak
sukses dan berhasil.
Salah satu
guru besar di Harvard University pernah melakukan sebuah penelitian. Dalam
penelitiannya, sebuah akuarium besar sengaja diisi dengan banyak ikan kecil
berbagai jenis. Berikutnya, akuarium itu diisi seekor ikan besar. Dalam sekejap
ikan besar itu melahap semua ikan kecil yang ada di akuarium tersebut. Semua
ikan kecil habis dimakan tak bersisa, karena si ikan besar sebelumnya memang sengaja
dibuat lapar.
Selanjutnya
pada penelitian berikutnya, ikan besar itu ditempatkan di sebuah akuarium
kecil, kemudian akuarium kecil itu disimpan di dalam akuarium besar. Lantas akuarium
besar itu diisi lagi dengan ikan kecil. Sehingga ikan besar di dalam akuarium
kecil itu berusaha sekuat tenaga ingin memakan ikan kecil, namun selalu gagal
karena terhalang kaca akuarium yang kecil. Ikan besar itu akhirnya lelah dengan
mulut penuh darah karena hancur terbentur kaca.
Pada
penelitian terakhir, akuarium kecil itu diambil, sehingga ikan besar kembali
bercampur dengan ikan kecil. Apa yang terjadi? Ikan besar itu, meski lapar, tak
mau lagi makan ikan kecil. Karena sudah punya kendali dalam diri dan takut
mulutnya hancur.
Sahabat,
adalah hal penting mendidik anak seperti halnya mendidik ikan besar tadi.
Sehingga, meskipun berada di mana saja, anak tetap bisa punya kendali diri dan
tidak ‘makan’ sembarangan. Termasuk anak juga tidak berperilaku sembarangan.
Sebenarnya,
jika semua orang punya filter dalam diri, seperti ikan besar tadi, tak perlu
lagi ada hukum. Sebab percuma ada hukum apapun, kalau dari dalam diri belum ada
pengendalinya. Pengendali diri itu akan jadi benteng dari terpaan apapun.
Pengendali
paling utama tentu adalah pendidikan karakter. Baik itu moral, terlebih agama. Semua
nilai-nilai emosional, mental lebih-lebih spiritual membuat anak akan bertahan
di kondisi lingkungan apa saja.
Bagi
sahabat yang masih berusia anak-anak atau remaja, sudah sepatutnya membalas kebahagiaan
orang tua itu dengan belajar sungguh-sungguh. Sehingga kelak bangsa ini kokoh tak
dihina bangsa lain.
Beberapa
kali saya mendapati klien yang sudah mengalami ketergantungan narkoba sejak
usia sekolah. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian baik para orang tua, terlebih
sahabat semua yang masih anak-anak atau usia sekolah.
Jika ada teman
yang mengajak menikmati narkoba, segera tolak dengan tegas. Sebab, tujuan akhirnya
memang bukan itu. Biarlah sahabat dikatakan ketinggalan zaman, yang penting
tidak ketinggalan akal.
Sementara
untuk para orang tua, pastikan selalu mengisi tangki kasih sayang anak. Jangan biarkan
bocor apalagi kosong sama sekali. Kalau tidak, jangan salahkan jika buah hati
Anda akhirnya tangkinya diisi oleh narkoba yang memberi efek menenangkan walau
hanya sesaat.
Bagaimana menurut Anda?
Post a Comment