Salah
satu cara yang mudah untuk mengubah atau meningkatkan perilaku anak agar lebih
baik adalah dengan menembus faktor kritis. Seperti sudah sering diulas di
berbagai artikel, pikiran bawah sadar memegang peranan 95 sampai 99 persen
dalam mengendalikan seseorang. Sementara pikiran sadar hanya berperan 1 sampai
5 persen. Itu sebabnya, perubahan akan sulit terjadi jika tidak dilakukan
melalui pikiran bawah sadar.
Persoalannya,
tidak mudah memasukkan data atau informasi baru ke pikiran bawah sadar, karena
ada pagar pelindung yang disebut critical
factor alias faktor kritis. Itu sebabnya, hal utama yang perlu dilakukan
adalah bagaimana bisa menembus pagar pembatas tersebut.
Dalam
pemahaman saya saat ini, sebagai trainer Hypnotherapy
for Children alias hipnoterapi anak, ada lima cara untuk bisa menembus
faktor kritis anak. Lima jurus itu diperlukan agar lebih mudah memasukkan
sugesti atau pesan baru kepada pikiran bawah sadar anak. Kelima jurus itu
masing-masing adalah: figur dengan
otoritas tinggi, emosi dengan intensitas tinggi, repetisi ide, identifikasi,
dan terakhir adalah relaksasi pikiran.
Baiklah,
saya akan coba ulas satu demi satu. Pertama, figur dengan otoritas tinggi. Sahabat, figur dengan otoritas
tinggi, sangat mudah memasukkan informasi ke pikiran bawah sadar. Dalam hal
ini, seseorang yang sangat disegani, dikagumi, bahkan ditakuti oleh anak, akan
memiliki peranan penting dalam memberikan informasi yang langsung diserap
pikiran bawah sadar tanpa penolakan. Contoh figur otoritas tinggi ini adalah
ayah, ibu, kakek, nenek, guru, pemuka agama, termasuk artis atau siapa pun yang
menjadi idola sang anak.
Itu
sebabnya, sebagai orang tua yang menjadi figur dengan otoritas tinggi, ada
baiknya tidak mudah menyampaikan kata-kata atau kalimat yang berisi sumpah
serapah, cacian atau makian kepada anak. Kenapa? Karena pikiran bawah sadar
akan mengakses informasi itu dengan mudah dan akan dijadikan program baru dan
segera dijalankan dengan baik tanpa penolakan.
Kedua,
emosi dengan intensitas tinggi.
Emosi yang dimaksud di sini adalah berbagai emosi, namun intensitasnya cukup
tinggi. Misalnya kesedihan mendalam, kecewa, marah, bahkan gembira, tertawa,
atau suasana hati yang sangat senang. Ketika anak dalam kondisi emosinya sedang
memuncak, baik itu marah atau gembira, berikan input data yang baik demi
kesuksesannya kelak.
Sebagai
contoh, ketika anak melakukan kesalahan dan dia sangat sedih karena kena marah,
maka ada baiknya tidak ditambah dengan memasukkan sugesti yang tidak tepat. Saat
anak sedang sedih, sementara orang tua atau guru justru memasukkan kata-kata
seperti nakal, bodoh, kurang ajar, dan berbagai kata negatif lainnya, maka
dengan cepat akan diterima oleh pikiran bawah sadar. Kenapa? Saat anak sedih
atau gembira, maka pikiran bawah sadar sedang terbuka lebar tanpa pagar
pembatas sama sekali. Sehingga informasi ini akan menjadi program baru dan
diterima dengan baik.
Begitu
pula ketika anak terlihat senang, bahkan berteriak kegirangan setelah berhasil
menyelesaikan sebuah permainan, ada baiknya jadikan kesempatan itu untuk
memasukkan sugesti yang tepat.
“Wah
kamu menang ya, Nak? Hebat! Kamu memang anak yang selalu berusaha melakukan
terbaik. Terbukti kamu bisa menyelesaikan permainan itu dengan baik.
Mudah-mudahan, di sekolah kamu juga bisa seperti itu.” Demikian kalimat yang
bisa disampaikan saat anak berhasil menuntaskan permainannya.
Umumnya,
orang tua menyampaikan yang sebaliknya. “Kalau sudah main game lupa waktu. Giliran
sekolah malasnya minta ampun, disuruh belajar susah,” gerutu orang tua pada
umumnya. Akibatnya, informasi itulah yang justru masuk ke pikiran bawah sadar. Celakanya,
informasi itu disampaikan saat anak sedang girang.
Selanjutnya
adalah repetisi ide, alias ide yang
disampaikan berulang-ulang. Silakan dicek, anak yang sering kena marah dan
dikatakan nakal, bodoh, kurang ajar, pemalas, dan berbagai sumpah serapah
lainnya, akan tumbuh menjadi anak yang memang nakal, bodoh, pemalas dan sikap
negatif lainnya. Semakin sering disampaikan, maka pikiran bawah sadar melakukan
konfirmasi dengan tegas dan jelas bahwa semua kata-kata itu harus dijalankan
dengan baik. Bahkan, ketika tiba-tiba ada orang yang berkata bahwa dia pandai
dan cerdas, malah ditolak dengan mentah-mentah. Kenapa? Sebab pikiran bawah
sadar memang tidak pernah mendapat kata-kata pandai dan cerdas. Sehingga, kedua
kata itu justru dianggap aneh dan tidak diterima.
Keempat
adalah Identifikasi. Yang dimaksud
dengan identifikasi adalah meniru sosok atau figur tertentu, karena memang anak
sangat mengaguminya. Sebagai contoh, ketika anak lebih sering nonton sinetron Jelek-Jelek Serikaya, maka semua sikap
dari para pemain itu akan ditiru dan dilaksanakan oleh pikiran bawah sadar
dengan cepat. Karena itu, saya termasuk sangat setuju jika ada gerakan
menghentikan tayangan televisi yang merusak anak.
Sayangnya, rating masih
menjadi berhala yang paling disembah para pengelola stasiun televisi. Sehingga memang
tidak mudah menghentikan tayangan tak berguna, karena justru ‘sampah’ itulah
penghasil uang yang melimpah. Jalan utama adalah orang tua yang melakukan
filter agar anak tidak menonton tayangan seperti ini.
Termasuk,
anak akan dengan mudah melakukan perbuatan yang tidak baik, hanya karena ingin
diterima oleh kelompok atau geng tertentu. Misalnya anak dengan rela mau disuruh
mencuri di kantin sekolah, sebagai syarat untuk bisa diterima di salah satu
geng di sekolah itu.
Cara
terakhir adalah dengan relaksasi pikiran.
Cara kelima inilah yang saya lakukan sebagai hipnoterapis, untuk bisa
memasukkan program baru ke pikiran bawah sadar. Cara kelima ini boleh dibilang
sebagai cara yang paling efektif dan lebih cepat ketimbang keempat cara yang
ada di atasnya. Namun demikian, meski hipnoterapis sudah menjalankan tugasnya,
tetaplah memerlukan dukungan kedua orang tua untuk menjaga kondisi anak agar terus
seperti yang diharapkan.
Bagaimana
menurut Anda?
Post a Comment