Dalam tulisan sebelumnya, saya beberapa kali menyinggung soal
ego personality (EP) alias bagian
diri. Di dalam setiap diri seseorang, sejatinya terdapat banyak sekali EP. Nah,
EP ini pula yang terkadang menjadi penyebab timbulnya masalah. Di ruang terapi,
hipnoterapis tak jarang harus berurusan dengan EP. Ada yang cukup berurusan
dengan satu EP, namun beberapa kali juga bersentuhan dengan beberapa EP secara
simultan.
Dua hari lalu, saat mendapat kesempatan mengikuti workshop
bersama penulis novel ternama Indonesia, Andrea Hirata di Bogor – Jawa Barat,
secara tidak langsung saya membahagiakan beberapa bagian diri saya. Di antara
yang berbahagia atas perjalanan saya itu adalah EP yang suka wisata kuliner, EP
yang gemar berpetualang, dan satu lagi dan paling utama adalah EP penulis.
Ketiga EP ini benar-benar merasa bahagia dan terpuaskan. Namun
saya juga harus memberi tahu EP yang lain agar tidak melakukan sabotase atau
menghalangi kebahagiaan dari ketiga EP yang sedang dominan tersebut.
Sebagai contoh, bagian diri yang suka kuliner saya manjakan
dengan beberapa makanan yang memang jarang ada di Samarinda. Ada makanan toge
goreng, soto mie, asinan bogor, bakso
tahu, soto kuning, hingga sup durian, cendol dan beberapa makanan dan minuman
lainnya.
Ketika EP wisata kuliner ini sedang aktif, maka saya pun
meminta EP yang memegang kendali atas berat badan saya, untuk memaklumi
sekaligus melakukan kontrol lebih ketat atas semua yang saya konsumsi. Sehingga
apa pun yang saya konsumsi ketika itu, akan habis hari itu juga melalui semua
aktivitas saya. Tidak ada yang tertimbun menjadi lemak, dan tidak ada yang
menjadi penyakit.
Ternyata EP berat badan ini setuju, sehingga saya pun dengan
tenang dan nyaman melahap semua makanan selama dalam perjalanan itu. Hanya sempat
satu kali EP berat badan protes, yaitu ketika makan bakso tahu. Ketika itu,
saya benar-benar sudah lama tidak mengomsumsi bakso tahu yang memang dikenal
nikmat ini. Saya sebenarnya ingin nambah satu porsi lagi, namun ternyata EP
berat badan tidak setuju. Dia langsung memberikan kode atau sinyal berupa
perasaan yang tidak nyaman. Saya pun memaklumi sinyal itu, sekaligus tetap
berterima kasih sudah diberi kesempatan menyantap seporsi bakso tahu itu.
Alhasil, setelah kembali ke rumah dan beristirahat, keesokan
harinya saya cek indikator kadar lemak, berat badan, dan indikator lainnya. Hasilnya,
semuanya normal. Kadar lemak normal, lemak perut juga normal. Artinya, bagian
diri yang memegang kendali atas berat badan, benar-benar bekerja dengan
maksimal.
Demikian pula untuk EP yang suka berpetualang alias
jalan-jalan. Meski kondisi fisik capek dan lelah selama perjalanan panjang dari
Samarinda, namun EP yang suka jalan-jalan tetap meminta untuk dipuaskan. Maka,
begitu ada waktu luang, kaki terasa ringan untuk melangkah. Naik angkutan kota,
mengelilingi Kebun Raya Bogor, hingga terdampar di stasiun yang sangat padat.
Bogor memang kota sejuta angkot, yang benar-benar penuh sesak
dengan angkutan umum. EP ini semakin girang ketika Pemimpin Redaksi Radar
Bogor, mbak Ira menghubungi saya dan menawarkan untuk diajak jalan-jalan. Jelas
saya tidak menolak. Dijemput di sekitar stasiun, mbak Ira membawa saya
berwisata kuliner sup durian Lodaya yang cukup tersohor. Tak lupa, mampir ke Graha
Pena Radar Bogor, serta keliling Kota Hujan ini.
Pagi harinya, sebelum bertolak kembali ke Samarinda, EP
jalan-jalan masih meminta untuk masuk ke dalam areal Kebun Raya Bogor. Beruntung,
saya juga sempat berkomunikasi dengan rekan sejawat senior sesama hipnoterapis,
ibu Nina Sigit, sehingga bisa janjian bertemu. Bersama beliau, saya pun
ditemani berjalan-jalan mengelilingi areal yang bersebelahan dengan Istana
Bogor, tempat tinggal Presiden Jokowi. Tak sekadar jalan-jalan, EP yang suka
ilmu pengetahuan juga terpuaskan dengan penjelasan ibu Nina terkait Kebun Raya
Bogor ini. Sebagai orang Bogor, bu Nina cukup menguasai lokasi ini.
Yang paling utama adalah EP penulis, sangat kegirangan ketika
benar-benar bisa bertemu dengan penulis novel Laskar Pelangi yang sangat
fenomenal. Apalagi, meski sempat terlambat masuk ruangan, ternyata saya justru
mendapat kursi di posisi paling depan, tepat di samping papan yang digunakan
sang maestro sastra untuk memberikan penjelasan. Hasilnya, saya benar-benar
lebih mudah menyimak semua materi yang disampaikan, sekaligus leluasa mengambil
gambar pria kelahiran Belitong ini.
Banyak sekali hal baru yang masuk ke pikiran bawah sadar, dan
itu sudah pasti akan menambah kemampuan bagian diri saya saat menulis. Saat mengikuti
kelas ini, saya pun meminta bagian diri yang suka menganalisa untuk tidak
melakukan analisa. Biarkan saja EP penulis aktif seratus persen mencerna dan menyimak
semua yang disampaikan sang penulis novel yang karyanya sudah diterjemahkan
dalam 34 bahasa itu. Hasilnya, semua materi yang disampaikan dengan mudah masuk
ke pikiran bawah sadar tanpa penolakan. Baru setelah kelas selesai, analisa
bisa dimulai. Mana materi yang bisa digunakan, dan mana yang hanya akan
dijadikan referensi.
Sering berkomunikasi dengan EP, adalah salah satu hal penting
yang harus selalu dilakukan. Ini adalah cara yang tepat untuk memahami diri
sendiri. Ada yang bilan, lebih mudah menilai orang lain, ketimbang menilai diri
sendiri. Namun dengan sering berkomunikasi dengan EP, maka Anda bisa memahami
diri sendiri, lebih dari orang lain.
Bagaimana caranya berkomunikasi dengan EP? Anda cukup duduk
tenang, pejamkan mata, tarik nafas yang panjang dan dalam sebanyak tiga kali. Setelah
itu, silakan Anda berbincang dengan bagian diri Anda sendiri. Tentukan Anda
ingin bicara dengan bagian diri yang mana. Setelah itu, dengarkan apa yang dia
sampaikan. Pada tahap awal, mungkin Anda akan sedikit kesulitan. Namun dengan
rutin berlatih, maka Anda akan semakin mudah ‘ngobrol’ dengan EP.
Bagaimana menurut Anda?
Post a Comment