Seminggu
lalu, seorang klien wanita datang dengan keluhan sakit pada lehernya. Dia
mengaku, sempat mengonsumsi obat, sudah hampir 3 bulan, namun rasa sakit di
lehernya tidak berkurang. Yang terjadi, klien malah semakin sulit menelan
makanan dan merasakan ada yang tidak beres di dalam dirinya.
“Kata
dokter, saya kelebihan hormon. Makanya saya sempat diberi obat untuk menghambat
proses produksi hormon itu,” sebut klien. Kelebihan hormon itu pula yang
menyebabkan tumbuhnya benjolan kecil sebesar biji kacang hijau di lehernya.
Klien
tidak tahu, hormon apa yang dimaksudkan dokter tersebut. “Saya tidak hafal nama
hormonnya. Ada beberapa yang disebut dokter waktu pemeriksaan. Saya juga ngga
bisa baca hasil rekam medisnya,” tutur wanita 42 tahun yang memiliki tiga anak ini.
Wanita
ini sempat saya tolak untuk menjalani sesi hipnoterapi. Kenapa? Karena
sebelumnya klien sempat melintasi perjalanan darat cukup panjang dan
melelahkan, lebih 12 jam. Begitu tiba di Samarinda, dia langsung datang ke
tempat praktik saya. Tentu saja kondisinya belum fit seratus persen. Klien
kemudian hanya saya minta isi formulir dan sedikit konsultasi. Untuk alasan
kesehatan, klien saya minta istirahat dulu satu malam, dan baru terapi keesokan
harinya biar lebih segar dan nyaman.
Tibalah
saat proses hipnoterapi. Ternyata tak sulit membawa klien ke dalam kondisi profound somnambulism. Ini adalah
kedalaman pikiran bawah sadar yang sangat efektif untuk mengjangkau akar
masalah. Niat klien yang benar-benar ingin sembuh, ikut mempercepat proses
membimbing wanita ini mengalami kondisi relaksasi yang benar-benar dalam dan
menyenangkan.
Dengan
teknik hipnoanalisis, ternyata ada akar masalah yang sangat mengganggu. Ini
terjadi tiga tahun lalu, ketika wanita ternyata berselingkuh dengan mantan
pacarnya. Perselingkuhan itu terjadi bukan atas kemauan klien. Wanita ini secara
tidak sengaja bertemu mantan pacarnya waktu SMA, ketika sedang ada kegiatan di
Bandung.
Pertemuan
hari itu akhirnya benar-benar berlanjut hingga cukup dalam. Meski hanya satu
kali itu terjadi, namun klien merasa sangat berdosa dan merasa sangat bersalah
terhadap suaminya. Apalagi klien mengatakan, suaminya sangat baik dan sayang
sama dia.
Sejak
kejadian itu, klien merasa hina, jijik dan kotor di hadapan suaminya. Beberapa
kali berusaha berterus terang, tapi klien sangat takut. Kalimatnya seolah
tertahan di tenggorokan, dan tak kuasa saat akan berterus terang.
Dengan
teknik khusus yang didapatkan dari Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology,
klien akhirnya dibuat merasa lebih nyaman dan plong. Pikiran bawah sadar (PBS)
pun bersedia ikut membantu menyingkirkan benjolan kecil itu secepatnya.
Proses
terapi selama 3,5 jam itu pun akhirnya tuntas, dan klien benar-benar merasa
lega. Selepas terapi, sekembalinya di rumah, klien pun merasa bisa menjalani
kehidupan normal. Tidak ada lagi perasaan yang mengganggu, termasuk bisa makan
makanan kesukaannya dengan lahap.
“Leher
saya sudah tidak sakit lagi. Rasanya sudah benar-benar nyaman. Benjolannya
memang belum hilang 100 persen, tapi sudah lebih kecil,” ujarnya. Indikator
pemeriksaan terhadap hormon yang sebelumnya dianggap tinggi, kini juga sudah
dalam kondisi normal.
Demikianlah
kenyataannya.
Post a Comment