Makan
bersama, adalah salah satu upaya mempererat silaturahmi, baik dengan teman,
kerabat, paling utama adalah dengan keluarga. Bahkan sejak zaman Nabi Muhammad,
makan bersama pun sudah menjadi tradisi untuk mempererat kebersamaan dengan
para sahabat. Makan dalam satu wadah bersama, serta tidak menggunakan sendok,
melainkan menggunakan suapan tangan.
Di
era serba modern saat ini, makan bersama pun tetap menjadi salah satu sarana
untuk berkomunikasi bahkan untuk menghormati kedatangan orang penting. Jamuan makan
malam, biasanya kerap dilakukan untuk menghargai kehadiran seseorang, bahkan
untuk sekadar makan bersama keluarga besar.
Banyak
hal positif yang didapatkan melalui acara makan bersama. Di antaranya, ini
adalah momen penting untuk mengisi baterai kasih sayang. Baik itu mengisi
baterai kasih sayang keluarga, termasuk mereka yang ingin mengisi baterai kasih
sayang dengan pasangan, hingga dengan teman dan sahabat.
Menurut
Gary Chapman, ada lima bahasa cinta untuk mengisi bateri kasih sayang.
Masing-masing adalah pujian, hadiah, waktu yang berkualitas, sentuhan, dan
pelayanan. Kelima bahasa cinta ini masing-masing harus ditambah dengan tatapan
mata yang tulus.
Dalam
proses makan bersama, lima bahasa cinta ini bisa mencakup semuanya. Mari simak
dari mulai bahasa cinta pertama yakni pujian. Lihat saja jika komunitas ibu-ibu
sedang berkumpul dan makan bareng, pasti akan saling memuji.
“Wah,
bunda hari ini bajunya bagus banget….” Atau pujian lain seperti, “wah, ibu
tubuhnya semakin langsing aja nih…” Pujian-pujian semacam ini jelas akan
membuat seseorang merasa terisi baterai kasihnya.
Begitu
pula jika orang tua memuji anaknya di meja makan, tentu anak akan merasa sangat
senang, sekaligus terisi bateri kasih sayangnya. Sembari menunggu makanan
dihidangkan, pujian semacam ini jelas sangat diperlukan agar masing-masing
individu bisa terpenuhi kebutuhan kasih sayangnya. Pujian tentu tidak hanya
sebatas saat itu saja. Melainkan bisa juga mengulas kembali kejadian yang
sebelumnya, terkait dengan keberhasilan yang sudah dicapai.
“Pa,
adik hebat loh. Kemarin nilai ulangannya dapat 100,” ucap ibu kepada sang ayah
di meja makan, untuk memuji anaknya. Kalimat seperti ini sangat dibutuhkan
anak, untuk mendukung kemajuannya.
Lantas
bagaimana dengan hadiah? Memperbolehkan anak memesan menu makanan kesukaannya,
tentu merupakan sebuah hadiah bagi anak. Ini adalah bentuk apresiasi orang tua
kepada anak. Jika anak diperbolehkan memesan makanan kesukaan, sejatinya
baterai kasih sayang anak akan langsung terisi. Anak akan merasa bahwa orang
tua sangat mengerti dan menghargai keberadaan dirinya.
Begitu
pula saat makan bersama komunitas, bisa memakan menu kesukaan sudah termasuk
hadiah untuk diri sendiri. Tentunya itu akan membawa kebahagiaan dan perasaan
nyaman yang sangat menyenangkan.
Bahasa
cinta ketiga adalah waktu berkualitas. Sudah barang tentu, saat makan bersama merupakan
waktu berkualitas. Semua orang benar-benar melepas rutinitas dan fokus pada
momen kebersamaan tersebut. Bagi orang tua yang sibuk bekerja, makan bersama
ini akan sangat dinanti-nantikan anak-anak. Inilah saat bisa berkumpul bersama kedua
orang tua, sekaligus menjadi sarana menyampaikan apa pun perasaan yang ingin
disampaikan.
Setali
tiga uang ketika bisa berkumpul dengan teman dan keluarga. Ini merupakan waktu berharga di mana masing-masing
bisa berkumpul, setelah cukup lama sibuk dengan rutinitas harian.
Berikutnya
sentuhan. Sentuhan kasih sayang sebisa mungkin perlu dilakukan saat di meja
makan. Kedua orang tua misalnya, sesekali perlu mengusap kepala sang anak
sebagai tanda kasih sayang, sekaligus mengisi bateri cinta anak. Sentuhan baik
di kepala, maupun pundak, sangat diperlukan agar anak selalu merasa nyaman dan
bahagia.
Tak
berbeda ketika bertemu teman dan sahabat lama, sesekali tentu ada sentuhan
fisik. Dari mulai sekadar bersalaman maupun cipika-cipiki dilakukan oleh mereka
yang sesama perempuan. Sentuhan seperti ini, sebagai cara mengisi baterai kasih
yang efektif.
Terakhir,
bahasa cinta yang dimaksud Gary Chapman adalah pelayanan. Memberikan layanan
misalnya sekadar mengambilkan makanan kepada anak-anak, bahkan sekadar memberi
sendok, atau mengusap mulut anak yang belepotan dengan makanan, adalah bentuk
pelayanan kepada anak. Pelayanan seperti ini akan membuat anak merasa sangat berharga
dan begitu dicintai kedua orang tuanya. Dengan demikian, anak akan tumbuh dan
berkembang dengan perasaan kasih sayang yang maksimal.
Begitu
pula jika makan bersama keluarga, teman atau sahabat. Sekadar mengambilkan
makanan, memesankan makanan, termasuk menuliskan daftar menu yang akan dipesan,
adalah contoh kecil pelayanan yang sangat penting dalam proses interaksi di
meja makan tersebut.
Sekali
lagi, semua bahasa cinta di atas perlu dilakukan dengan tatapan mata yang
tulus. Karena itu, saat di meja makan, ada yang benar-benar ‘haram’ dilakukan.
Apa itu? Memegang handphone. Perlu aturan ketat dan khusus terkait yang satu
ini. Sebab, jika masing-masing orang
sibuk dengan handphone di tangan, maka lima bahasa cinta plus tatapan mata tadi
mustahil bisa dilakukan. Kalau sudah seperti ini, alih-alih makan bersama untuk
mempererat kebersamaan, malah semakin menjauhkan. Kenapa? Secara fisik memang
berkumpul, tapi pikiran setiap individu masing-masing sedang mengembara ke
tempat lain.
Sebaiknya
simpan handphone rapat-rapat di tas, atau di kantong. Mohon izin kepada anggota
yang ada di meja makan, hanya akan mengangkat handphone jika ada panggilan. Namun
jika bentuknya berupa pesan, chatting, atau sekadar membuat dan membaca status
di media sosial, abaikan saja. Nikmati momen makan bersama itu sebagai sesuatu
yang amat berharga.
Coba
perhatikan, berapa banyak keluarga yang tidak bisa lagi makan bersama hanya
karena Sang Maha Pencipta sudah tidak lagi memperpanjang kontrak hidupnya di
dunia ini. Perhatikan di rumah sakit, begitu banyak mereka yang tidak mampu
lagi berkumpul dengan nyaman bersama keluarga tercinta, hanya karena tangannya
tertancap jarum infus.
Tidak
berlebihan jika untuk sementara waktu, abaikan sejenak gadget Anda, dan nikmati
makan bersama yang ada. Sadari bahwa kebahagiaan sesungguhnya ada di setiap
detik momen kebersamaan tersebut. Rasakan bahwa di setiap suap makanan yang ada
di mulut Anda, ada perasaan nyaman yang terus meningkat dan meningkat.
Demikianlah
kenyataannya. (*)
Post a Comment