Banyak pertanyaan masuk melalui akun media sosial saya terutama
terkait hipnoterapi. Di antaranya, apakah semua hipnoterapis sama? Apakah yang
saya lakukan juga dilakukan hipnoterapis lain? Kenapa profesional fee yang saya
bebankan ke klien lebih murah? Uraian di bawah ini semoga bisa memberikan
penjelasan.
Apakah semua hipnoterapis sama? Jika hipnoterapis yang
dimaksud adalah lulusan Adi W. Gunawan Institute (AWGI) dan aktif melakukan praktik
hipnoterapi, serta tidak dicampur dengan metode lain, maka bisa dipastikan apa
yang dilakukan memiliki standar protokol sama dengan yang saya lakukan.
Atas
alasan itulah, saya tidak berhak menilai apa yang dilakukan hipnoterapis yang
bukan lulusan AWGI, karena saya tidak mengetahui protokol yang digunakan. Sebagai
gambaran, AWGI memiliki standar yang cukup ketat serta sangat terbukti dan
teruji dalam menangani berbagai masalah
berkaitan dengan emosi pikiran. Kode etik yang diterapkan pun sangat ketat
sehingga para alumnus AWGI memegang teguh ketentuan tersebut. Jika terbukti
melakukan malapraktik, tentu akan ada konsekuensi tegas, sampai dengan
dikeluarkan dari lembaga.
Namun demikian, dari pengalaman di ruang praktik,
beberapa klien yang sebelumnya menjalani terapi dengan hipnoterapis di luar
lulusan AWGI, mengakui prosedur dan protokolnya memang tidak sama. Di antara perbedaan
itu adalah, klien belum mendapatkan penjelasan lengkap dan rinci atas proses
yang akan berlangsung, sebelum sesi hipnoterapi dijalankan.
Ini jelas berbeda dengan ketentuan AWGI. Sebelum proses hipnoterapi
berlangsung, klien benar-benar diberikan pemahaman yang jelas dan rinci atas
proses terapi yang akan berjalan Lantas, bagaimana jika setelah dijelaskan
kemudian klien enggan melakukan terapi? Ya tentu proses hipnoterapi tidak akan
dilakukan, karena terapi baru bisa dijalankan jika klien setuju dan bersedia
menjalani semua alur yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Kalau memang seperti itu alurnya, lalu untuk apa pakai
terapis? Bukankah yang menyembuhkan klien ya diri klien itu sendiri? Ya, hal
ini memang sangat tepat. Proses hipnoterapi, sejatinya klien sedang mengatasi
masalahnya sendiri. Yang menentukan kesembuhan atas apa yang dirasakan dan
dialami, adalah klien sendiri. Keberadaan hipnoterapis hanya membantu dan
membimbing pikiran bawah sadar untuk melakukan semua proses itu sampai tuntas
dan benar-benar klir.
Ibarat mengikuti balap mobil, hipnoterapis hanya sebagai
navigator, memegang peta atau rute yang akan dilalui. Sementara stir, pedal gas
dan rem, semua ditentukan klien. Jika klien mengikuti semua arahan dan
bimbingan, maka mobil bisa mencapai tujuan. Begitu sebaliknya, jika klien setop
di tengah jalan, maka mobil juga langsung berhenti.
Lantas, bagaimana memilih hipnoterapis yang tepat. Anda
boleh menghubungi lembaga AWGI melalui website www.adiwgunawan.com. Ada nomor kontak ke
lembaga, dan dengan senang hati staf AWGI akan mengarahkan kepada terapis
terdekat dengan klien. Lembaga hanya akan merekomendasikan hipnoterapis yang
tetap memegang teguh ketentuan dan protokol sesuai standar yang sudah
ditetapkan.
Lalu kenapa profesional fee yang dibebankan ke klien
lebih murah ketimbang hipnoterapis di luar AWGI? Lembaga tempat saya bernaung,
mengatur sangat detail termasuk urusan profesional fee. Ada standar yang sudah
dibuat, dan umumnya profesional fee yang dibebankan para hipnoterapis AWGI ke
klien juga mengikuti aturan itu.
Untuk para lulusan AWGI, maksimal profesional fee yang
ditetapkan adalah Rp 1,5 juta untuk satu kali sesi terapi selama 2 jam. Namun
ini hanya boleh diterapkan para hipnoterapis dengan kualifikasi yang sudah
lulus pendidikan 200 jam Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy (SECH)
dengan gelar nonakademik Certified Clinical Hypnotherapy (CCH). Sementara untuk
lulusan 100 jam SECH dengan gelar nonakademik Certified Hypnotherapist (C.Ht.),
profesional fee yang boleh ditetapkan pada klien adalah Rp 500 ribu hingga
maksimal Rp 1 juta untuk satu sesi terapi durasi 2 jam. Beberapa klien
menyampaikan ke saya, fee yang dibayarkan ini cukup terjangkau, karena pernah
dikenakan fee jauh lebih tinggi dari angka tersebut.
Lantas, kenapa soal profesional fee ini juga harus saya sampaikan?
Begini. Untuk bisa membantu klien mengatasi masalahnya, maka ada empat hal yang
harus ‘diberikan’ oleh klien. Masing-masing waktu, upaya, perasaan, dan materi.
Materi alias profesional fee itu juga menentukan selesai tidaknya klien atas
masalahnya sendiri. Dengan mau menyisihkan fee untuk terapis, maka sejatinya
klien benar-benar ingin lepas dari masalah yang sedang dihadapi.
Demikianlah kenyataannya.
Post a Comment