Saat salat tarawih,
ustaz yang menyampaikan kuliah tujuh menit alias kultum, memberikan materi yang
ringan namun cukup mengena. Apa itu, beliau menyampaikan tentang pentingnya
manusia belajar dengan rayap. Lha, apa hebatnya si rayap? Bukankah binatang
satu ini dianggap merusak karena mampu memakan benda apa saja yang terbuat dari
kayu?
Bagi yang belum tahu,
saya hanya mengulang informasi saja. Binatang yang tingginya tidak lebih dari 3
milimeter itu, nyatanya mampu membuat sarang hingga setinggi 9 meter. Itu
berarti hampir 3 ribu kali tinggi badannya sendiri. Tak hanya itu, sarang yang
dibangun si rayap sudah memiliki sistem pengatur suhu ruangan serta tata ruang
yang mumpuni. Padahal, si kecil ini sama sekali tidak pernah kuliah, kecuali mungkin
memang pernah makan bangku sekolahan. Artinya, bangku kayu di sekolah
benar-benar dimakan sama dia.
Manusia yang merasa
makhluk paling sempurna pun, nyatanya tidak ada yang mampu membuat bangunan
setinggi 3 ribu kali tinggi badannya. Saat ini, bangunan tertinggi di dunia
adalah Burj Khalifa di Dubai – Uni Emirat Arab, setinggi 828 meter. Ini hanya
sekitar 500 kali tinggi rata-rata tubuh manusia di muka bumi ini. Padahal,
manusia dianggap makhluk paling hebat dan mampu membuat apa saja.
Lantas, apa hikmah
dan pelajaran yang bisa diambil dari keberadaan si rayap yang memiliki nama
ilmiah Isoptera ini? Pertama adalah, mereka mampu membuat sarang yang sangat
tinggi dibandingkan dengan tubuhnya sendiri, dengan cara bekerja sama dan
sama-sama bekerja. Kerja sama itulah yang menjadikan mereka memiliki kekuatan
dahsyat, melebihi ukuran tubuhnya sendiri.
Maka sebagai manusia,
sudah sepatutnya tidak boleh sombong dan seolah-olah tidak memerlukan orang
lain bahkan tidak mau bekerja sama. Dengan bekerja sama, semua menjadi mudah
dan ringan dalam mencapai tujuan apa pun. Di rumah, di kantor, di masyarakat,
di mana saja, kerja sama menjadi penentu keberhasilan yang luar biasa.
Kedua, kelebihan
rayap adalah melakukan segala sesuatu sesuai dengan ketetapan Yang Maha
Pencipta. Rayap bekerja sesuai dengan fitrahnya. Maksudnya apa? Rayap
benar-benar memaksimalkan kemampuannya, sesuai dengan ketetapan yang sudah
diberikan. Bisa dibayangkan jika rayap juga mencoba meningkatkan kemampuannya
dengan mengigit besi. Bisa jadi, dunia bisa runtuh karena semua material dihancurkan
oleh Isoptera ini.
Lalu, bagaimana
dengan manusia? Makhluk yang dianggap paling sempurna inilah yang justru kerap
keluar dari fitrahnya. Tak peduli dengan lingkungan, tak mau bekerja sama,
individualisme, dan tak mau berbagi, adalah sederet perilaku manusia yang sudah
tidak lagi sinkron dengan fitrahnya sebagai makhluk sosial. Padahal, Sang Maha Pencipta
sudah memberikan arahan dan bimbingan dalam menjalani kehidupan, namun tak
sedikit yang mengabaikannya.
Maka, mari kembali
pada kodrat sebagai manusia, dan belajar banyak dengan si rayap. Kelak, sukses
akan menjadi milik kita semua.
Bagaimana menurut Anda?
Post a Comment