Sabtu
(17/9) pagi tadi, saya mendapat kesempatan mengisi Seminar Parenting, Cara
Mendidik Anak yang Efektif, Hypnotherapy for Children. Seminar ini khusus
diberikan untuk para orang tua atau wali murid kelas 1 SD Islam Al Hikmah Jalan
Tanjung Jone Samarinda Seberang. Tentu, tak semua orang tua atau wali murid
hadir. Kenapa? Ya sudah menjadi kebiasaan acara di sekolah, tidak semua orang
tua memiliki waktu untuk menghadiri. Boleh jadi sedang sibuk, atau ada
pekerjaan lain yang tidak bisa ditunda.
Karena
itu, Kepala SD Islam Al Hikmah menyampaikan, ada dua hal yang patut disyukuri oleh
para orang tua yang bisa hadir, yakni memiliki kesehatan dan kesempatan. Sebab,
dalam kondisi sehat pun, belum tentu punya kesempatan untuk hadir. Sebaliknya,
boleh jadi ada kesempatan, namun kesehatannya kurang mendukung.
Sementara
Ketua Yayasan Al Hikmah Yan Purba menyampaikan, sengaja menggelar acara ini
karena dalam mendidik anak, tiga komponen harus saling mendukung, yakni
sekolah, siswa, dan orang tua. Dihadirkannya orang tua dalam kegiatan ini tentu
sangat penting karena faktanya anak-anak lebih banyak berada di rumah ketimbang
di sekolah.
Ia
juga berharap, agar terjalin komunikasi yang efektif antara orang tua dan pihak
sekolah, demi kelangsungan pendidikan anak. “Mudah-mudahan bisa sama-sama
membuat pondasi pendidikan terbaik untuk anak-anak, mengingat sekarang
kenakalan anak tidak hanya terjadi di usia remaja, tapi bahkan sudah usia SD
dan SMP,” tutur Yan Purba.
Saya
sendiri, mau tidak mau menyampaikan materi dengan sedikit ‘ngebut’. Maklum,
durasi waktu yang diberikan memang menyesuaikan dengan kepulangan anak murid
kelas 1. Sabtu pagi para murid kelas 1 pulang lebih awal, pukul 9.30 Wita.
Praktis kurang dari dua jam waktu yang saya gunakan untuk menyampaikan materi.
Namun yang penting, poin utama sempat tersampaikan. Apa itu? Apalagi kalau
bukan teori tangki kasih sayang dengan lima bahasa cinta.
Para
orang tua siswa terlihat sangat antusias, bahkan mengakui selama ini tidak
sengaja mengabaikan bagaimana mengisi tangki kasih sayang anak. “Terima kasih
pak, sudah diingatkan lagi. Kelihatannya sepele, ternyata itu sangat penting,”
ucap salah satu orang tua usai seminar.
Selain
teori tentang bagaimana mengisi tangki kasih sayang anak, saya juga banyak
memberikan contoh kasus yang pernah saya temui di ruang praktik. Faktanya,
sebagian besar masalah terjadi pada masa anak-anak, meski klien ketika datang sudah
sangat dewasa. Berdasarkan pengalaman itu, saya menyampaikan kepada para orang
tua siswa agar tidak mengulangi kesalahan tersebut. Bukankah pengalaman memang
guru yang terbaik, tapi pengalaman orang lain adalah guru yang lebih baik lagi.
Sebab, kalau belajar dari pengalaman orang lain, praktis tidak perlu harus
mengalami masalah itu terlebih dahulu.
Di
akhir seminar, tak lupa saya memberikan beberapa teknik simpel yang bisa
dipraktikkan di rumah. Seandainya waktu mencukupi, tentu saya bisa memberikan
contoh atau demo. Namun, pihak sekolah menyampaikan, berikutnya akan
dialokasikan waktu lebih lama lagi agar orang tua bisa mendapat kesempatan
lebih banyak untuk belajar.
Usai
acara seminar, beberapa orang tua menyampaikan beberapa pertanyaan, dan terjadi
diskusi singkat. Beberapa yang lain bahkan merasa belum puas. “Waktunya kurang
pak,” ucap salah satu orang tua. Bahkan beberapa orang tua meminta agar saya
meluangkan waktu untuk sharing dan diskusi lagi di lain waktu. Dengan senang
hati, tentu saya siap meluangkan waktu, asalkan memang di luar jam kerja kantor
atau agenda lain.
Saya
pribadi, juga belum sempurna dalam mendidik anak. Namun, terus belajar dan belajar
adalah cara terbaik agar hasilnya maksimal untuk buah hati. Bukankah memang
tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Universitas kehidupan justru
memberikan banyak pelajaran berharga. Saya sendiri beruntung dan bersyukur,
dari ruang praktik hipnoterapi yang saya lakukan, banyak memberikan pelajaran
penting dan bisa diambil hikmahnya.
Demikianlah
kenyataannya. (*)
Post a Comment