Bisa
bertolak ke Korea Selatan bersama delegasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI),
tentu merupakan pencapaian tersendiri bagi saya. Apalagi kunjungan ke negeri
ginseng itu merupakan undangan dari Journalist Association of Korea (JAK),
alias organisasi persatuan wartawan di Korea. Padahal awalnya, saya sudah gagal
untuk bisa masuk dalam delegasi ini hanya gara-gara lambat mendaftar.
Saat
itu saya dalam perjalanan naik kereta dari Bandung ke Jakarta, selepas membawa kontingen
Kaltim di Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) di Bandung, Juli 2016. Di
atas kereta api itu, terjadi obrolan di grup WhatsApp para ketua Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) provinsi dari seluruh Indonesia.
Dalam
obrolan itu disampaikan, ada undangan dari Journalist Association of Korea
(JAK) untuk 15 orang untuk berkunjung ke negara tersebut. Ada kuota 10 orang,
khusus untuk para ketua PWI yang ditunjuk menjadi delegasi kunjungan ini.
Sisanya 5 orang dari pengurus pusat.
Saat
itu, saya tidak terpilih. Maklum, sebagai ketua PWI provinsi yang paling yunior
alias paling muda dari sisi usia, tentu harus mengalah dengan yang lebih
senior. Namun jujur saja, dalam hati ada keinginan untuk berkunjung ke negara
yang bersebelahan dengan Korea Utara ini.
Ketika
itu, saya akhirnya dipilih untuk delegasi yang ke China, November mendatang.
Namun jujur saja, rasanya kurang nyaman. Ke China, tentu saja senang. Namun entah
kenapa, rasanya lebih nyaman jika berkunjung ke negara yang populer dengan musik
K-Pop nya ini.
Maka
seperti biasa, yang saya lakukan adalah tetap menulis impian. Ketika saya
tuliskan, nyatanya seluruh bagian diri ini nyaman dan seolah menyetujui jika pergi
ke Korea. Berikutnya, saya benar-benar yakin jika pada akhirnya akan tetap
bertolak ke negara ini, entah bagaimana caranya. Sebab, soal cara itu urusan
Sang Maha Kuasa. Tugas manusia hanya menuliskan impian saja, dan meyakini saja.
Setelah
punya impian dan yakin, syarat ketiga adalah pasrah. Pasrahkan saja hasil dari
impian itu. Terwujud atau tidak, tentu menjadi kehendak Sang Maha Kuasa.
Bukankah manusia hanya mampu berencana, sementara pengambil keputusan tetaplah Sang
Maha Pencipta.
Berikutnya,
hal keempat yang dilakukan adalah bersyukur. Ketika itu, meski tidak dipilih
untuk ke Korea Selatan, saya tetap bersyukur sudah dipilih menjadi delegasi
untuk ke China. Rasa syukur ini juga ditambah dengan hal lain yakni bersyukur
atas kesehatan, keselamatan, kebahagiaan dan sebagainya.
Terakhir
yang perlu dilakukan adalah doa. Namun, doa terbaik adalah kembali bersyukur
atas apa yang sudah didapatkan dan dinikmati selama ini. Bukankah sudah
disebutkan ‘barang siapa yang bersyukur, maka nikmatnya akan ditambah.’
Hasilnya,
ternyata sama sekali tidak meleset. Sebulan sebelum keberangkatan ke Korea
Selatan 20 Oktober 2016, ternyata satu anggota delegasi batal alias tidak bisa
ikut serta. Padahal tiket pesawat sudah dibeli dan visa pun sudah diurus. Saat
itulah, ketua bidang daerah PWI Pusat, Atal S. Depari menghubungi saya.
“Anda
menggantikan ke Korea Selatan ya. Kirimkan segera paspor untuk diurus visanya,”
ucap beliau di sela aktivitas saya bekerja. Seolah tidak percaya, saya sempat
terdiam sesaat. Memastikan bahwa panggilan tadi adalah nyata. Segera saja saya
bongkar lemari, mencari paspor, untuk memotretnya dan mengirimkan ke sekretariat
PWI melalui surat elektronik. Saat itu juga saya berfoto untuk kelengkapan
syarat mendapatkan visa, dan mengirimkannya bersama paspor asli.
Ternyata
tidak salah saya meletakkan impian bertolak ke Korea Selatan. Jamuan yang
diberikan pihak JAK memang sangat luar biasa. Semua fasilitas yang diberikan
benar-benar nomor wahid. Selama hampir satu minggu, saya bersama 12 anggota
delegasi lainnya, menjadi nomaden di negara ini. Pindah dari satu hotel ke
hotel lainnya, berkunjung dari satu kota ke kota lainnya.
Di
Seoul misalnya, ditempatkan di hotel bintang lima tepat di pusat kota Seoul,
seberang City Hall Seoul dan tak jauh dari pusat wisata belanja Myeongdong.
Selain di Seoul, rombongan juga diajak ke Pulau Jeju yang menjadi andalan
wisata negara ini. Menggunakan pesawat udara, kami sempat dua malam di Jeju.
Dari mulai menikmati yacht, kapal selam, hingga wisata ke museum mesum. Di Jeju
juga sempat diajak untuk melihat proses produksi air minum paling laris Samdasoo.
Tak hanya di Jeju, kami juga diajak ke Busan, serta ke Changwon, sebuah kawasan
industri di Korea. Termasuk ke pusat industri pesawat terbang Korea juga di kota
ini.
Selain
saya, rombongan ke Korea Selatan itu masing-masing Atal S. Depari (ketua bidang
daerah PWI Pusat), Teguh Santosa (pengurus PWI Pusat bidang luar negeri), Agus
(pengurus PWI Pusat), Mirza Zulhadi (ketua PWI Jabar), Firdaus (ketua PWI
Banten), Zacky Antony (ketua PWI Bengkulu), Basril Basar (ketua PWI Sumbar),
Ramon Damora (ketua PWI Kepri), Amir Machmud (ketua PWI Jawa Tengah), Mursyid Sonsang
(ketua PWI Jambi), Dwikora Putra (ketua PWI Bali), dan Tarmilin Usman (ketua
PWI Aceh).
Karena
itu, jika punya impian, tulis saja. Pastikan impian itu sudah nyaman dan
disetujui oleh seluruh bagian diri. Jika sudah seperti itu, tinggal yakin,
pasrah, syukur dan berdoa kepada Sang Maha Kuasa. Maka, dengan izin-Nya semua
akan terwujud dengan mudah dan nyaman. Demikianlah kenyataannya. (*)
Post a Comment