Bulan
lalu, sebelum mendapat tugas di Jakarta, saya sempat melakukan terapi pada
salah satu klien wanita. Sebut saja namanya Ani, berusia 42 tahun, bekerja di
salah satu instansi pemerintah di salah satu daerah di Pulau Jawa.
Hampir
satu bulan sebelumnya Ani membuat jadwal terapi. Maklum, padatnya kegiatan yang
harus saya jalani, membuat tidak banyak waktu yang saya alokasikan untuk
melakukan terapi. Sesuai jadwal, Ani akhirnya datang ditemani adik sepupunya.
Perlu
waktu lebih satu jam untuk sekadar ngobrol santai, untuk membuat Ani nyaman.
Saya pun manfaatkan waktu tersebut untuk menyelipkan informasi tentang
hipnoterapi. Meski setelah ngobrol, tetap diberikan penjelasan yang rinci dan
detail tentang proses terapi yang akan berlangsung.
“Saya
sebenarnya sudah lama ingin mencoba metode hipnoterapi, tapi belum yakin. Saya
buka-buka hipnoterapis lain yang ada di website, saya belum sreg. Sampai
akhirnya menemukan artikel bapak di Kompasiana, baru saya yakin,” ucap Ani
membeberkan kisah sebelum menjalani terapi.
Karena
itu, meski harus menunggu hampir satu bulan, Ani tetap bersedia menanti sampai
akhirnya jadwal terapi yang disepakati sudah tiba. Dia pun rela merogoh kocek
untuk naik pesawat dari daerah asalnya ke Samarinda demi menjalani sesi ini.
Wanita
ini mengalami rasa cemas berlebihan. “Saya selalu membayangkan masa depan saya
nanti seperti apa. Saya selalu takut dan khawatir,” sebutnya saat konsultasi
awal. Akibatnya, organ perutnya pun kerap terganggu akibat rasa cemas
berlebihan yang selalu muncul itu.
Setelah
benar-benar siap, proses hipnoterapi pun mulai dilakukan. Dengan mudah Ani
dibawa ke dalam kondisi relaksasi pikiran yang nyaman dan dalam. Begitu berada
pada kondisi yang tepat dan presisi, proses analisa untuk mencari akar masalah
dilakukan. Hasilnya, ada beberapa kejadian yang memperkuat perasaan cemas.
Namun, akar masalah paling utama terjadi pada usia 10 tahun, ketika ibu dari
Ani melahirkan anak kedua alias adik dari Ani.
Ternyata,
saat mendapat adik itulah Ani merasa khawatir, takut seperti apa nanti masa depan
adiknya. Banyak hal yang membuatnya takut dan cemas hingga akhirnya terus
berpengaruh ke dalam pikiran bawah sadarnya hingga dewasa.
Setelah
akar masalah ini berhasil ditemukan, proses restrukturisasi pun dilakukan. Akar
masalah itu dicabut secara permanen dan klien diberikan edukasi dan pemahaman
baru agar diterima dan dijalankan di pikiran bawah sadarnya. Hasilnya, klien
merasa lega dan plong.
“Saya
tidak mengira, ternyata hanya gara-gara itu ya?” kata klien seolah tak percaya,
setelah dirinya dibawa naik dari kondisi relaksasi sebelumnya. Beberapa hari
kemudian, klien pun mengaku kondisinya semakin nyaman dan semakin optimis
menjalani masa depannya.
Demikianlah
kenyataannya. (*)
Post a Comment