Terkadang
dalam kondisi yang sedang sulit dan terpuruk, banyak yang kemudian menyalahkan
Tuhan dan beranggapan Sang Pencipta sangat tidak adil.
Lantas, benarkah Tuhan tidak adil?
Mari
lihat ilustrasi ini. Ada seseorang memiliki dua anak. Yang satu masih duduk di
bangku Taman Kanak-kanak dan satu lagi sudah berkuliah di perguruan tinggi.
Suatu
ketika, agar dianggap adil, orang tua dari kedua anak ini memberikan uang
masing-masing Rp 5 juta. Pertanyaannya, benarkah apa yang dilakukan orang tua
ini sudah adil?
Dilihat
dari sisi jumlah, boleh jadi memang dianggap adil karena sama-sama diberikan
uang Rp 5 juta. Namun, apakah kebutuhan dari kedua anak ini sama? Inilah yang
kemudian menjadi persoalan. Jika anak TK diberikan uang Rp 5 juta, boleh jadi
dia tidak butuh bahkan belum mengerti untuk apa uang sebanyak itu.
Namun,
bagi yang sudah berkuliah, uang Rp 5 juta yang dianggap sudah banyak pun boleh
jadi masih dianggap sedikit atau kurang. Ini karena kebutuhannya tentu berbeda.
Dari
ilustrasi di atas, sudah bisa tergambar bagaimana sepatutnya Yang Maha Kuasa
berlaku adil. Dalam dalam versi Sang Pencipta tentu berbeda dengan versi
manusia. Maka, yang perlu dilakukan adalah, tingkatkan kapasitas masing-masing.
Jika
ingin mendapat rezeki berlimpah, janganlah memiliki kapasitas anak TK yang
belum mengerti apa-apa. Tingkatkan kapasitas, tingkatkan kemampuan diri atau
memantaskan diri. Untuk apa? Supaya Sang Maha Pemberi Rezeki akan mengguyurkan
rezeki sesuai kapasitas itu.
Wajar
jika ada yang mengatakan, yang kerja keras belum tentu mendapat banyak. Pun yang
kerja sedikit belum tentu mendapat sedikit. Karena sesungguhnya rezeki selalu mengejar
manusia sesuai kapasitas, bukan sebaliknya.
Rezeki
akan selalu mendatangi manusia sesuai dengan kepantasannya. Rezeki hanya akan mengejar
orang yang pantas didatangi. Sekali lagi, pantaskan dan patutkan
diri agar didatangi atau dikejar rezeki. Inilah hakikat ikhtiar.
Yakinlah,
rezeki tidak akan tertukar sesuai ketetapannya masing-masing. Tugas manusia
hanya ikhtiar, sementara Yang Maha Kuasa yang memberikan kuasa atas kemana
rezeki akan diberikan.
Dan
manusia tidak akan dimatikan, hingga ketetapan rezekinya telah ia terima,
seluruhnya.
Perlu juga diingat, rezeki
tentu tidak semata-mata dalam bentuk uang. Banyak bentuk rezeki, dari mulai
kesehatan, ketenangan, mudah menyerap ilmu, keluarga bahagia, hingga paling
utama, keimanan.
Demikianlah kenyataannya.
Post a Comment