HYPNO NEWS

Tuesday, January 15, 2019

Muslim Itu Harus Lebih Feminin. Ini Penjelasannya



JAKARTA – Umat muslim sudah sepatutnya bersikap lebih feminin. Tentunya yang dimaksud di sini bukanlah menjadi perempuan atau bahkan kemayu. Feminin yang dimaksud adalah mengedepankan kelembutan dan kasih sayang, karena apa yang terdapat di dalam Alquran sejatinya lebih banyak mengajarkan tentang kelembutan dan kasih sayang.


Pernyataan itu disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof DR KH Nasaruddin Umar MA. Beliau menyampaikan hal tersebut di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, beberapa waktu lalu, ketika saya masih mengikuti Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LVII 2018.

"Feminin itu bukan berarti harus perempuan. Feminin itu kelembutan. Laki-laki juga bisa lebih lemah lembut. Untuk bisa meraih puncak kesuksesan tidak harus dengan cara maskulin atau jantan, tapi lebih mengedepankan kelembutan," beber Nasaruddin ketika itu. Tentu saja, pendapat beliau bisa diterima, tapi bisa juga diperdebatkan. Namun, menurut Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut, apa yang disampaikan bersumber dari Alquran.

Beliau kemudian menyampaikan, sifat Allah di dalam Alquran lebih banyak menyebutkan tentang sifat yang lemah lembut dan kasih sayang. "Kata Ar Rahman di Alquran disebut sampai 57 kali, sementara Ar Rahim sampai 114 kali. Ini menunjukkan Islam bukan agama kekerasan, tapi kelembutan. Allah maha lembut dan pengampun," bebernya. Ar Rahman dan Ar Rahim itu sendiri artinya pengasih dan penyayang, yang artinya harus saling mengasihi dan saling menyayangi.

Karena Allah selalu mengajarkan sifat yang selalu pengasih dan penyayang, maka menurut beliau adalah aneh jika sebagian umat Islam saat ini justru lebih mengedepankan kekerasan.

"Kalau Alquran itu dipadatkan menjadi satu kata, hanya ada satu kata yaitu Rahima, artinya cinta. Maka jangan sampai mengatasnamakan Alquran namun mengedepankan benci, itu salah alamat," tegasnya.

Umat muslim yang memiliki kelembutan hati dan kasih sayang, menurutnya akan semakin mudah doanya dikabulkan, karena lebih ringan dan lebih cepat sampai ke langit.

"Banyak masalah lebih mudah diselesaikan dengan kelembutan dan kasih sayang, bukan dengan kekerasan," pesannya lagi. Ia perlu menyampaikan hal ini, karena menurutnya, justru kelembutan dan kasih sayang inilah yang belakangan ini perlu ditingkatkan.

Ia mencontohkan, Rasulullah mampu menjadi orang paling hebat di bumi karena mampu menjinakkan nafsu amarahnya, dan mengedepankan kelembutan dan kasih sayang. Nasaruddin juga membeberkan penempatan surah dalam Alquran juga sangat luar biasa. Perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad digambarkan dengan jelas dalam Surat Al Isra.

Bukti bahwa Alquran lebih banyak mengutamakan kelembutan atau feminisme adalah, sebagian besar nama binatang yang ada di dalam Alquran adalah betina. "Surat An Nahl itu membahas soal lebah. Lebah di sini juga lebah betina, banyak filosofi yang terkandung di dalamnya," katanya.



Begitu juga di dalam surat Al Ankabut ada laba-laba betina yang mampu membuat sarang laba-laba sangat sempurna melindungi Nabi Muhammad. "Semut yang dikisahkan dalam Alquran juga semut betina," sambungnya. Begitu juga ratu yang digambarkan dalam Alquran yakni Ratu Balqis juga menunjukkan tentang kelembutan dan kasih sayang.

"Posisi surat ini tepat paling tengah di Alquran, diapit oleh Surat An Nahl dan Surat Al Kahfi. Surat An Nahl lebih banyak membahas tentang kecerdasan intelektual, sementara Al Isra tentang kecerdasan emosional. Sementara Al Kahfi lebih banyak membahas kecerdasan spiritual. Jadi jika dipahami ketiga surat ini posisinya secara psikologis dan intelektual sangat sistematis," urainya.

Itu sebabnya, Nasaruddin mengajak umat Islam mendalami agama ini secara mendalam. "Jangan hanya bermodal terjemahan, kemudian bisa mengkafirkan orang lain, bahkan mengkafirkan ulama," harapnya.

Pada kesempatan itu, Gubernur Lemhannas RI Letjen (Purn) Agus Widjojo juga menyampaikan, dalam berbangsa dan bernegara, sikap toleransi dalam Islam sangat penting di tengah kemajemukan.

"Islam adalah rahmat untuk semua," katanya. Jika ada perbedaan pendapat ada baiknya dikelola dengan baik. "Di sini tidak ada fiksi dan fiktif, semua berdasarkan logika dan keimanan," sebutnya.

Gubernur juga menyampaikan, banyak hikmah yang bisa diambil dalam ceramah yang disampaikan Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

"Semoga peserta Lemhannas bisa mengambil pelajaran di dalamnya," pungkasnya. (*)

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2014 Hipnoterapi Endro S. Efendi, CHt, CT, CPS.. Designed by OddThemes