HYPNO NEWS

Monday, January 21, 2019

Sumber Rezeki Utama adalah Orang Terdekat



Dapat rezeki agar orang terdekat bisa bahagia, atau membahagiakan orang terdekat agar bisa mendapatkan rezeki. Mana yang seharusnya dilakukan terlebih dahulu? Menjawab pertanyaan itu, sama seperti persoalan lebih dahulu mana antara telur atau ayam. Maka, tak usah diperdebatkan mana yang harus dilakukan terlebih dahulu. Paling utama dari konsep yang ingin disampaikan dalam tulisan ini adalah, bagaimana bersikap dengan orang terdekat.


Selama ini, begitu banyak orang harus meninggalkan keluarga terdekat, hanya untuk mencari rezeki. Alih-alih agar orang terdekat bisa bahagia, nyatanya tak sedikit keluarga yang ditinggalkan justru merasa sangat tidak nyaman.

Tengok saja, selalu ada saja tenaga kerja Indonesia yang sedang mengais rezeki di negara tetangga, namun kemudian mendapat persoalan. Entah yang menimpa keluarganya sendiri, atau bahkan dirinya sendiri. Lantas, ke mana seharusnya mencari rezeki.

Begitu juga mereka yang harus bekerja berbulan-bulan meninggalkan keluarga, terkadang ternyata hasilnya juga tidak sesuai harapan. Secara rupiah, mungkin memang berlebihan. Namun, ada saja bagian yang kurang nyaman atau bahagianya kurang maksimal. Lantas, seperti apa seharusnya?

Sahabat, pernahkah memperhatikan monyet yang tidak pernah merusak pohon pisang, atau ikan yang tidak pernah merusak terumbu karang? Kenapa seperti itu? Ya, Anda benar, baik monyet maupun ikan, tahu bahwa pohon pisang dan terumbu karang itulah sumber rezekinya. Maka, keduanya justru ikut menjaga dan merawat sumber rezekinya.

Lantas, manusia sumber rezekinya di mana? Ternyata, rezeki manusia ada pada orang lain. Maka, mulai saat ini, marilah menjaga orang lain. Sebab di orang lain itulah rezeki kita. Ketika membuat orang lain tersenyum bahkan bahagia, maka sadarilah bahwa Anda sedang membuka pintu rezeki untuk diri sendiri.

Orang lain saja seperti itu, bagaimana dengan keluarga. Sudah pasti, senyum keluarga atau orang terdekat adalah sumber rezeki yang tak ternilai harganya. Terkadang orang sibuk keluar rumah, jauh-jauh melanglang buana, padahal sumber rezeki ada di dalam rumah, ada pada keluarga. Suami, istri, anak, mertua, dan orang tua, kerabat, semuanya adalah sumber rezeki. Ibarat taman, merekalah tanamannya yang harus dijaga dan dirawat. Jangan biarkan ada tanaman yang layu, sakit, atau bahkan mati. Saat semua tanaman di taman itu terjaga dan sangat indah, maka lihatlah, kupu-kupu akan datang dengan sendirinya. Kupu-kupu itulah perlambang rezeki tadi.

Adalah benar, Allah menyuruh hambanya bertebaran di muka bumi untuk mencari rezeki dan ridho Allah. Tapi, jika ada cara yang lebih mudah, duduk, diam dan rezeki datang sendiri, kenapa tidak? Pilihan ada pada diri sendiri, mau mengejar kupu-kupu, atau membuat dan merawat taman yang yang indah.

Jika memahami konsep ini, yakinlah, bumi ini akan diisi oleh orang-orang yang damai. Kenapa? Karena masing-masing orang akan menahan diri bahkan tidak berani menyakiti orang lain atau mengecewakan orang lain. Sebab jika itu terjadi, sama saja sedang merusak sumber rezeki.

Coba perhatikan, Anda yang sejak pagi sudah mengalami persoalan tidak nyaman di rumah, maka bekerja menjadi kurang nyaman, bagi yang dagang, ajaibnya dagangan pun tidak seramai biasanya. Sebaliknya, ketika sejak pagi bahagia, sejak dari rumah sudah nyaman, sampai tempat kerja pun energi berlimpah. Rezeki pun datang begitu deras tanpa upaya yang terlalu keras.

Jadi mulai sekarang, mari menjaga orang terdekat agar selalu nyaman. Anda yang suami, saat ingin marah dengan istri, yuk berpikir ribuan kali lipat. Untuk apa kemarahan itu? Coba perhatikan, bagaimana kerennya pekerjaan seorang istri. Bangun sejak dini hari, tidur pun paling terakhir karena harus mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Anda yang istri, mari kendalikan diri ketika mau marah dengan suami. Betapa pun, pasti ada kelebihan dan nilai tambah dari suami Anda. Sebab, Anda memilihnya jadi suami pasti melihat ada nilai plus nya dibanding dengan pria lain.

Begitu juga terhadap anak. Sadarilah bahwa kemarahan pada anak yang katanya dianggap proses pembelajaran disiplin, nyatanya hanya akan menumbuhkan trauma yang semakin dalam dan merugikan anak Anda sendiri. Setiap kali terapi atau bahkan seminar, selalu ada saja anak yang merasa kecewa dengan perlakuan kedua orang tuanya.

Seperti beberapa waktu lalu, saya menerima klian seorang mahasiswi, juga anak masih di bangku SLTA. Keduanya adik kakak yang kata kedua orang tuanya bermasalah. Tapi nyatanya, tepat seperti dugaan saya, yang bermasalah adalah ibunya. Di rumah itu, ibaratnya tak pernah ada ketenangan. Dari subuh sampai subuh lagi, isinya hanya kemarahan dan kemarahan dari ibunya.

Pokoknya bangun pagi sudah teriak. Anaknya dibentak keras. Padahal, dikasih tahu pelan saja, anaknya mengaku pasti dengar dan akan melakukan semuanya. “Ini karena selalu dimarahi, saya malah sengaja lambat-lambat,” kata si anak.

Ya, terkadang, anak yang dianggap bermasalah hanya sebagai bentuk protes dari kedua orang tuanya yang tidak bisa memahami anaknya. Sekali lagi, anak dan semua keluarga dekat adalah sumber rezeki. Saat anak sudah tidak nyaman, maka kedua orang tua juga pasti kurang nyaman bekerja. Hasilnya pun bisa menjadi kurang maksimal.

Jadi, mari kita sadari bersama bahwa membahagiakan keluarga terdekat merupakan pembuka pintu rezeki yang paling lebar untuk keluarga. Semua anggota keluarga akan bahagia jika di dalam rumah tangga itu selalu dilandasi dengan sikap positif. 

Bagaimana menurut sahabat?




Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2014 Hipnoterapi Endro S. Efendi, CHt, CT, CPS.. Designed by OddThemes